Kau mungkin tak percaya, aku tak dusta ini terjadi
Aku yang dulu acuh dengan apa yang namanya perasaan
Tidak mau tahu apapun yang namanya hati
Tak pernah berangan untuk memadu kasih
*
Mimpi dan khayal cinta hanyalah dongeng dalam keyakinanku, atau mungkin itu untuk kisah orang bukan diriku
Aku beda dan tak mungkin berkelut dalam cinta
*
Hari-hariku yang tandus kupikir itulah hidup yang mesti kujalani
Terbiasa dengan itu dan tak mungkin untuk melepas
Aku tak mengelak
Kujalani hidup dengan senalarnya
Tak peduli dengan tujuan hidup, manusia sepertiku hanya mampu untuk bertahan
*
Hidup yang dulu sepertinya damai, tenang walau penuh tekanan
Berusaha selaras dengan lingkungan sekitar
Apa yang bisa diharap?
Sebesar apa yang bisa kurenungkan jika kusadar diri ini berkutat pada ladang dan pohon
Kampung dan petani
*
Aku sering mendengar orang bicara cinta
Penyair yang membuat kisah romansa
Atau pelantun yang membuat nada indah
Itu semua mengarah pada hati yang berkata asmara
Ah..... tak mungkin
Apa ada dalam hatiku secerca kata itu
*
Aku tak peduli saat teman-teman menikah
Ijab kabul janji suci
Pelaminan penuh berhias bunga-bunga indah
Prasmanan yang bertatakan makanan
Tamu-tamu yang datang membawa bingkisan doa dan ucapan selamat
Aku bukan mereka
Di hatiku tak ada kamus cinta
*
Saat aku jatuh dalam titik nadir yang membuat langkah kaki menjadi sukar dan rumit
Saat kata mati muncul
Saat orang-orang yang kukenal semakin asing
Saat lingkungan sekitar seperti bedil yang siap menembakan cacian dan ludahan keji
Saat aku pasrah pada ilahi cukup hidup sampai di waktu ini
*
Apa yang Engkau beri?
Ini sejarah besar bahkan keajaiban dalam hidupku
Tuhan menyentuh jiwaku
Tuhan membuka mata hatiku
Dia memberi harapan menaruh sesuatu di kalbuku
Anugerah cinta.......
*
Bagaimana bisa diri ini jatuh cinta
Bukankah aku dulu bersumpah tak ingin mengenal apalagi terjun kedalam pusaran cinta
Aku terbiasa sendiri
Biasa dengan sepi
Lebih lagi berteman dengan sunyi
Kini muncul rasa yang mungkin terlambat kusadari
*
Malam yang dingin terasa ada yang menemani
Jiwa yang kosong terasa ada yang mengisi
Semangat hidup kembali
Aku seperti menemukan keindahan dunia yang selama ini kuingkari
Aku berasa benar hidup
Dia menyentuh hati dan pikiranku
Anganku kini hanya tertuju pada dirinya
*
Tapi dia datang seperti lilin di ujung penghabisan
Sinar itu hanya sesaat
Bagai petir menyambar di relung hati
Saat tiba aku tersadar, dia bukan untukku
Pupus.....
Tiga hari seperti hidup dalam keranda
Semangat itu hilang
Tak ada sapa yang bisa kubalas
Tak ada penawar yang menyembuhkan
Melihat nasipun seakan pecahan kaca yang akan ditelan
*
Sebegitunya aku mencinta
Begitu kuatnya badai yang melanda
Aku terpuruk melebihi sebelumnya
Kalau bukan karena sajadah dan doa
Pasti aku telah menghantarkan diri pada tanah pembaringan
Ini luka yang begitu parah
*
Kucoba menata hidup kembali dengan daya yang tersisa
Menabur mimpi dan harapan kasih yang kedua
Mungkin saja nanti ada takdir yang lebih indah
Menaungi keyakinan sekedar bertahan hidup di kefanaan dunia
*
Kian malam aku merindu
Kemana aku mencari tambatan luka
Kini apa bedanya sebelum dan sesudah aku mengenal cinta
Pencarian belahan jiwa lebih sulit daripada jatuh cinta itu sendiri
Mengembara......
Dan tak kunjung berhenti
*
Badai penantian tak kalah dahsyatnya dengan badai kehancuran
Memendam luka dengan harapan
Menghapus benci dengan doa
Menghilangkan sepi dengan khayalan
Menyembunyikan derita dengan senyuman
*
Adakah embun yang nanti kutemui di kala dahaga terus meronta
Sesosok dambaan yang dalam hatinya terdapat samudera cinta agar aku bisa menyelam dalam kesejukan kasihnya
Cinta tulus yang memberi kekuatan
Kesetiaannya yang kan memberi kehangatan
Rasa sayang yang terus tumbuh untuk cinta yang tak terbatas waktu
https://indrapuisi.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H