Jejak lidah melukis bual dan dosa
Tawa dan tipu membaur jadi satu wajah
Mengaduk kebenaran menyamarkan keadilan
Bertutur pada mahzab kibulan
*
Semua hanya mengejar nama
Menyuap publik dengan pencitraan
Sungkan tapi dalam hati sulapan
Mematik para pendukung sebagai pesilat lidah ikut berlaga di ring sandiwara
Apa mereka benar peduli atau sekedar basa-basi?
Kejenuhan janji dan retorika yang akhirnya menyakiti hati nurani
Dan waktu yang akhirnya membuka aib mereka
*
Seperti singa petarung yang berebut naik singgasana
Mengorasikan visi segenap asa
Pintar bicara lalu janji dilupa
Maklum manusia biasa
Tapi apa pantas dipilih dan menapuk amanah
Setelah memakai dasi dan naik sedan mini
Kulu-kilir lupa janji dan korupsi
Lalu dulu apa yang mereka perjuangkan
Kampanye hanya narasi yang berbalut dangdut dan keserakahan
Ambisi untuk dihormati
*
Atas nama demokrasi menebar syair kebencian
Menabuh gendang melawan dengan kepicikan
Perseteruan licik untuk menggiring opini publik
Hingga selembaran uang, sembako dan pakaian untuk menarik simpati orang untuk memilih di medan pencoblosan
*
Lebih parah mengungkit sisi keagamaan, membinasakan intelektual pemilih lugu
Semboyan pilihlah yang seiman
Selalu dituangkan dalam mimbar dan ijtihad
Skenario firman tuhan dimainkan
Paradoks politik kekinian
Lupa keadilan dan kesamaan hak untuk semua putra Indonesia
Keberagaman sudah bertanam di seluruh lapis nusantara
*
Cuap-cuap keimanan, terkadang mereka sendiri menghina dan merendahkan orang lain, menyakiti dan menebar kabar bohong
Sepatah katapun bisa jadi fitnah
Yang bagus sudah tertutup benci
Yang salah sudah terbungkus rapi
Alhasil mengkonsumsi kebenaran yang samar-samar di dahi
https://indrapuisi.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H