Cara pembelajaran yang diterapkan oleh guru di indonesia seringkali mendapatkan kritikan oleh siswa, bahkan para orang tua pun banyak yang mulai merasa resah. Hal itu terjadi karena orang tua merasa cara guru mendidik siswa nya itu kurang efektif. Banyak sekali guru di indonesia yang kurang memperhatikan apakah metode atau cara yang diterapkan dalam pembelajaran itu sudah sesuai apa belum. Beberapa guru ada yang menerapkan prinsip "yang penting sudah menyampaikan materi". Mereka kurang perduli apakah siswanya tersebut sudah paham dengan materi yang dijelaskan. Oleh karena itu, perlu sekali bagi guru untuk mencari teknik-teknik atau tips belajar yang sesuai dengan siswa. Berikut ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan teman-teman.
1. Menggunakan prinsip Teori Behavior
Teori behavior mengajarkan untuk fokus mengedepankan perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil proses. Cara yang bisa      dilakukan yaitu Reward (hadiah) dan punishment (hukuman), dapat disampulkan bahwa reward merupakan penghargaan atau hadiah yang diberikan pada siswa jika melakukan perilaku baik agar meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan punishmen merupakan hukuman yang diberikan pada siswa jika tidak menurut atau sering melakukan pelanggaran dengan harapan agar perilaku negatif tersebut tidak terulang kembali.
2. Memahami Gaya Belajar siswa Â
Gaya belajar ada tiga yaitu audio, visual, dan kinestetik. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda dan guru harus memahami itu supaya siswa dapat menyerap informasi secara maksimal. Selain itu, tidak hanya memahami tetapi guru waji bisa memfasilitasi pembelajaran di kelasnya sesuai dengan gaya belajar yang disukai siswa
3. Mengetahui Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) pada siswa
Ada kecerdasan interpersonal dan intrapersonal. Interpersonal yaitu bagaimana siswa berkomunikasi dengan orang lain,sedangkan kalau interpersonal yaitu bagaimana siswa menunjukan kemampuannya. Guru harus bisa memancing keaktifan siswa agar siswa belajar berani  berkomunikasi dan mengutarakan pendapat atau ide yang dimiliki.
4. Jangan menjudge gender siswa
Hal ini juga diperlukan karena tidak menutup kemungkinan siswa laki-laki memiliki sifat feminim, begitu pula siswa perempuan bisa saja memiliki sifat maskulin. Seorang guru tidak boleh mengatakan "laki-laki tidak boleh menangis" dalam dunia pendidikan. Seorang guru tidak boleh membeda-bedakan antara siswa laki-laki dan perempuan, karena semua itu sama tujuannya yaitu mencari ilmu.Â
Saat ini banyak sekali serangan secara jenis kelamin dari sisi kognitifnya melalui film, lagu anak-anak dan lain sebagainya yang ternyata memiliki unsur-unsur yang seharusnya tidak dilihat atau didengar oleh siswa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H