Kaum Agamismengatakanmanusia selain mempunyai hubungan Vertikal dengan Tuhan (HablumMinallah) manusia juga dituntut membangun hubungan horisontal antar manusia (HablumMinannas) guna mencapai kesempurnaan. Para akademisi juga mengatakan manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan interaksi denganmanusia lainuntuk pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Sayangnya di dalam melaksanakan ritual sosial ini terkadang muncul berbagai gesekan, pertentangan, bahkan muncul bibit permusuhan yang berasal dari kesalah-pahaman belaka. Sebuah contohsederhana bahwa di Blog public Kompasiana denganmottonya Sharing and Connecting justrubanyakKompasianer yang “Lost in translation” atau lebih tepatnya “Lost in communication” saat posting atau menanggapi sebuah tulisan yang akhirnya berujung kepada ketidak-sukaan, saling menjelekkan, saling menghujat, caci maki dan kemarahan yang tak berujung .
Didalam kehidupan sehari-hari kita mengenal sebuah istilahyang berlakuuniversal karenamenyangkut perasaan manusia,dalam kamus besarbahasa indonesia istilah ini disebut tersinggung dengan penjabaran arti yang sangat minim hingga saya lebih senang menyebutnya ketersinggungan, sebuahkeadaan dimana seseorang merasa egonya dilanggar, diinjak , dipermalukan, dijatuhkan, dihina atau disakiti.
Masalahnya adalahtingkat ketersinggungan manusia tidak pernah terukur, tidak ada satuan yang baku atau metode tertentu untuk menentukan kadarnya, tidak ada batasan-batasan yang dapat dijadikan indikator untukmenghitung level titik jenuhnya, bahkan tak ada satupun norma –norma pasti yang dapat mendeteksi dimana seseorang menjadi tersinggung akibat kata-kata atau perbuatan orang lain.
Ketersinggungan sifatnya sangat subyektif tergantung dari latar belakang pengalaman,budaya dan nilai-nilai yangdianut seseorang. Inilah repotnya hal yang terkadang kita anggap biasa saja menjadi luar biasa bagi orang lain dan yang kadangmenjadi biasa buat orang lain ternyata sangat luar biasa bagi kita , sangat berbedadengan perbuatan yang nyata-nyata benar atau salah (Misalnya mencuri)
Namun demikian analogidi atas belum dapat menjadi acuan atau indikator yangpasti dalam melacak ketersinggungan, apakah ketersinggungan selalu bersumber dari perbedaan latar belakang budaya? , ternyata tidak juga tuh, ada nilai-nilai dalam diri yang terbangun seiring dengan pengalaman seseorang dalam hidupnya. Misalnya kebiasaan tentang efisiensi pemanfaatan waktu, kebiasaan tentang kebersihan, kebiasaan tentang tata krama/etika, yang bagi orang tertentu merupakan hal yang sangat dijunjung tinggi. Jadi jangan coba-coba melanggar nilai-nilai ini atau anda sangat berpotensi untuk membuat orang tersebut merasa tersinggung.
Hal yang lebih sederhana lagi dimana manusia pada dasarnyaingin pengakuan terhadap eksistensi dirinya sebuah penghormatan terhadap keberadaannya, karyanya, dan lain lain tentang keakuannya . Walaupun keinginan ini jarang terucap namun hal ini akan mendapat sebuah Reaksi yang cukup signifikan dan “sistemik”saat kita mulai meremehkan atau menyinggung ego mereka.
Inilah yang sangat berbahaya saat ketersinggunganmuncul,seseorangyang dekat dengankita bisa dengan tiba-tiba menjauh, sahabatbisa menjadi musuh, rekanbisnis bisa jadi saingan yang menjatuhkan , Atasan yang mendukungbisa jadi atasan yang menghambat , semuanyabisa berbalik 180derajat apabila bersentuhan dengan hal yang satu ini
Parahnya lagi ketersinggungankadang jarang diungkapkan, biasanya hanya disimpan di dalam hati dan menjadi sebuah catatan khusus untuk pribadi tertentu yang membuatnya tersinggung, ini sangat berbahaya karena orang yangmembuatnya tersinggung tidak pernah tahu kesalahannya sehingga tidak dapat memperbaiki keadaan.
Kata orang tua selalu berhati hati dan teliti dalam bertutur dan bertindak, maksud yang baik punbelum tentu akan diterima baik apabila cara penyampaiannya salah dan tidak tepat, analoginya jangan memberikan minumke seseorang yang kehausan dengan menyiramkan air langsung kemukanya . Sehingga diperlukan sebuah kejelian, empati dan sensitifitas yangtinggi untuk membaca hal ini agar tidak terjadi kesalah pahaman.
Akhirnya terngiangbeberapa petuah lama dan namun cukup ampuh untuk menjaga hubungan silaturahim dalam "tetek bengek" bersosialisasi ini
"Bukankah seribu temankurang dan satu musuhterlalu banyak, karena itu berhati-hatilah denganlidahmu, dalamnya Lautan dapat diukur namun dalamnya hati manusia siapa yang tahu.
salam ..
Indra Putra yang sedang belajar untuk tidak membuat orang lain tersinggung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H