Mohon tunggu...
indra putra
indra putra Mohon Tunggu... -

Orang kebanyakan yang mencari alasan dan tujuan dirinya diciptakan, yang haus akan ilmu pengetahuan, yang ingin belajar dari orang lain, karena menganggap alam semesta dan isi di dalamnya adalah kitab suci yang wajib untuk dipahami..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Apakah Kompasianer Bernama Samaran Kelainan Jiwa ?

2 Desember 2010   02:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:06 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12911143361463608941

[caption id="attachment_77753" align="alignright" width="300" caption="gambar diambil dari comedy.co.uk"][/caption]

Penggunaan nama samaran sebagai identitas diri di‘rumah sehat’kompasianasejaklama menuai pro dan kontra . Kontroversisemakindisulutdengan tulisan maupun komentar ‘asbun’ beberapa ‘Bloger bertopeng’ yang bikinkompasianer lain jadi meradang. Sejuta alasan pun dilontarkan untuk melegalisasiidentitas ‘alias’ ini, dengan argumentasi menggunakan nama samaranmerupakan representasi panggilan kesayangan , menjaga keamanan data diri, menghilangkan kesenjangan umur dan status sosial , kurang percaya diri , takut terjadi ketersinggungan antar teman, wujud kreativitas penulis dan alasanlain yang cukup untuk mengaburkan justifikasibenar-salahnya.

Pernakah terlintas dipikirkan anda, bahwamungkin sebagian dari Kompasianer yangmenampilkan dirinyadengan nama samaran, memangkarena mereka ingin dikenalsebagaipribadi yang lain, pribadi yang justru mereka impikan? Terpendamsangatdalam, namun tidak pernah ditampilkan karena alasan-alasan tertentu?

Sejatinya setiap orangmempunyai ‘sisi lain’ dalam diri.Dalam keadaan normal sisi ini sangat sulit terlihat, terbelenggu oleh norma –norma dan tata krama yangselama ini mereka yakini kebenarannya (baik di dunia nyata maupun maya). Namunterkadang ‘The dark side’ dalam diri ini selalu berusaha melepaskan diri dari penjara logika dansocial ethic yang saat berlaku saat itu.

Nama samaran di dunia maya adalah jalan yang paling sempurna untuk membebaskan ‘mahluk’ ini.Di dunia maya setiap orang bisa menjelma menjadi apadan siapa saja, bisa satu, dua, sepuluh bahkan menjadi manusia seratus wajah dengan seribu kepribadian. Seorang kakek ‘bangkotan’ bisa menjadiseorang anak ABGyang baru lulus SMA , seorang tokoh publik yang pendiam bisa menjadi wanita ‘nyinyir ‘ yang mengkritik setiap tulisan orang,  seorangtukang masakbisa menjadiseorang profesor dengan gelar sepanjang etalase tokodi Pasar Baru. Singkat kata kalau anda pernah membaca cerita tentang Dr. Jekkyll and Mr. Hyde dan menonton film berjudul Surrogates yang dibintangi aktor gaek Bruce Willis,  maka perpaduan keduanya bisa sangat mewakili fenomena ini.

Tidak sampai di situ, pada level ‘keparahan’ denganstadiumyang lebih tinggi,pemilik nama samaran akan menciptakan account dengan pribadi-pribadi yang lain, bahkanIa bisa bercakap-cakap dengan ‘alter account nya’, sesekali mereka rukuntapibisa juga berseberangan pendapat dan anehnya hal ini dilakukanbukan dengan maksud trolling atau menarik minat pembaca, tapi benar -benar dinikmati untuk memberi kepuasan jiwa tersendiri bagi sang creator.

Apakah symptom ini mengarah keMultiple Personality Disorder alias kepribadian ganda? jawabannya bisa ya dan bisa tidak, tergantung dari sisi mana kita memandangnya, silahkan anda menjabarkannya sendiri.

Dissociative identity disorder is a psychiatric diagnosis that describes a condition in which a person displays multiple distinct identities or personalities (known as alter egos or alters), each with its own pattern of perceiving and interacting with the environment. In the International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems the name for this diagnosis is multiple personality disorder. In both systems of terminology, the diagnosis requires that at least two personalities routinely take control of the individual's behavior with an associated memory loss that goes beyond normal forgetfulness; in addition, symptoms cannot be the temporary effects of drug use or a general medical condition.[1] Dikutip dari Wikipedia.

“Marilyn Monroe wasn't even her real name, Charles Manson isn't his real name, and now, I'm taking that to be my real name. But what's real? You can't find the truth, you just pick the lie you like the best” Marilyn Manson.

Salam.

Indraputra kompasianer yang tergelitik untuk punya account ganda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun