Abstrak
Revitalisasi gerakan mahasiswa dalam konteks era digital untuk mencapai perubahan
sosial yang signifikan. Dengan memanfaatkan teknologi digital dan media sosial, gerakan
mahasiswa memiliki potensi besar untuk memperluas jangkauan, meningkatkan efektivitas,
dan menciptakan dampak yang lebih besar dalam masyarakat. Namun, tantangan baru juga
muncul dalam lanskap digital ini. Artikel ini mengeksplorasi strategi dan pendekatan yang
dapat digunakan untuk merevitalisasi gerakan mahasiswa, serta menganalisis peluang dan
hambatan yang ada dalam era digital.
Kata kunci: gerakan mahasiswa, perubahan di era digital, sosial di era digital, indonesia
makmur dan adil
 PENDAHULUAN
Gerakan mahasiswa telah lama menjadi kekuatan penting dalam mendorong perubahan
sosial di berbagai negara. Namun, dengan perkembangan teknologi digital yang pesat, lanskap
aktivisme sosial telah berubah secara signifikan. Gerakan mahasiswa menghadapi tantangan
baru yang menuntut adanya revitalisasi agar tetap dapat memberikan kontribusi yang efektif
bagi perubahan sosial.
Di satu sisi, teknologi digital mempermudah akses informasi, mobilisasi dan
komunikasi. Era digital membawa peluang baru sekaligus tantangan bagi gerakan mahasiswa
dalam upaya mereka untuk menciptakan perubahan sosial yang bermakna.
Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan analisis kualitatif, data
dikumpulkan dari berbagai sumber.
Pembahasan
Dengan kemajuan teknologi selama bertahun-tahun, dan penggunaan pembelajaran
komunikasi pendidikan telah diperkaya oleh komputer dan gadget. Dunia digital menawarkan
manfaat dam keuntumgan yang sangat besar bagi seluruh lapisan dunia pendidikan, baik dosen
maupun mahasiwa. Namun tanpa penggunaan dan pemahaman yang tepat, penerapan alat digital
dapat menjadi luar biasa, atau bahkan berbahaya, terutama jika menyangkut kelompok usia yang lebih
muda. Anak-anak saat ini hidup di dunia digital yang berkembang yang membutuhkan peningkatan
kemampuan dan keterampilan untuk menggunakan dan mengadaptas alat digital.
Sebagai mahasiswa yang menjadi panutan bagi kalangan pelajar, tentu memiliki peran penting
dalam perubahan ini, yang mana peran mahasiswa semakin penting dan beragam, berikut beberapa
peran mahasiswa di era ini:
1. Pembelajar aktif: Mahasiswa perlu terus mengembangkan keterampilan digital dan
mempelajari teknologi baru untuk tetap relevan.
2. Kreator konten: Mahasiswa dapat memanfaatkan platform digital untuk membuat dan
membagikan konten edukatif atau kreatif.
3. Inovator: Era digital membuka peluang bagi mahasiswa untuk berinovasi dan menciptakan
solusi berbasis teknologi.
4. Kolaborator global: Teknologi memungkinkan mahasiswa berkolaborasi dengan rekan dari
berbagai negara dalam proyek atau penelitian.
5. Pemikir kritis: Mahasiswa harus mampu memilah informasi yang melimpah di internet dan
berpikir kritis terhadap sumber-sumber digital.
6. Warga digital yang bertanggung jawab: Penting bagi mahasiswa untuk memahami etika digital
dan berperilaku bijak di dunia maya.
7. Peneliti: Akses ke sumber daya digital memudahkan mahasiswa melakukan penelitian lebih
mendalam dan luas.
8. Wirausahawan digital: Era ini membuka peluang bagi mahasiswa untuk memulai bisnis
berbasis digital atau startup teknologi.
9. Aktivis sosial: Media sosial dan platform digital lainnya memungkinkan mahasiswa
menyuarakan isu-isu sosial dan mengorganisir gerakan.
10. Penerjemah teknologi: Mahasiswa dapat berperan menjembatani kesenjangan digital dengan
membantu masyarakat umum memahami teknologi baru.
Dan masih banyak lagi peran mahasiswa di era digital yang lainnya. Jika membahas peran tentu ada
tantangan yang harus di hadapi demi menegakkan hal atau sesuatu yang di perankan. Seperti:
1. Tekanan sosial online atau cyberbullying, terlebih kita tahu kekuatan netizen terhadap perkara
ini sangat berdampak kepada mental, hujatan-hujatan yang melanda dapat mengganggu psikis
mental.
2. Kesehatan fisik, dampak penguunaan teknologi digital berlebihan dapat menggangu kesehatan
mata.
Selanjutnya mari kita bahas evaluasi mahasiswa di era digital, evaluasi ini menunjukkan bahwa era
digital telah membawa perubahan signifikan dalam cara gerakan mahasiswa beroperasi. Meskipun ada
banyak peluang dan kekuatan baru, juga muncul tantangan-tantangan yang perlu diatasi untuk
memastikan efektivitas gerakan mahasiswa di era digital, seperti :
1. Perluasan jangkauan:
Gerakan mahasiswa dapat menjangkau audiens yang lebih luas melalui media sosial dan
platform online. Namun, hal ini juga bisa menimbulkan "slacktivism" - aktivisme yang hanya
sebatas klik dan share tanpa aksi nyata.
2. Kecepatan mobilisasi:
Media digital memungkinkan organisasi dan mobilisasi yang lebih cepat untuk aksi atau
demonstrasi. Tapi ini juga bisa mengarah pada gerakan yang kurang terstruktur atau kurang
matang dalam perencanaan.
3. Inovator: Era digital membuka peluang bagi mahasiswa untuk berinovasi dan menciptakan
solusi berbasis teknologi.
4. Kolaborator global: Teknologi memungkinkan mahasiswa berkolaborasi dengan rekan dari
berbagai negara dalam proyek atau penelitian.
5. Pemikir kritis: Mahasiswa harus mampu memilah informasi yang melimpah di internet dan
berpikir kritis terhadap sumber-sumber digital.
6. Warga digital yang bertanggung jawab: Penting bagi mahasiswa untuk memahami etika digital
dan berperilaku bijak di dunia maya.
7. Peneliti: Akses ke sumber daya digital memudahkan mahasiswa melakukan penelitian lebih
mendalam dan luas.
8. Wirausahawan digital: Era ini membuka peluang bagi mahasiswa untuk memulai bisnis
berbasis digital atau startup teknologi.
9. Aktivis sosial: Media sosial dan platform digital lainnya memungkinkan mahasiswa
menyuarakan isu-isu sosial dan mengorganisir gerakan.
10. Penerjemah teknologi: Mahasiswa dapat berperan menjembatani kesenjangan digital dengan
membantu masyarakat umum memahami teknologi baru.
Dan masih banyak lagi peran mahasiswa di era digital yang lainnya. Jika membahas peran tentu ada
tantangan yang harus di hadapi demi menegakkan hal atau sesuatu yang di perankan. Seperti:
1. Tekanan sosial online atau cyberbullying, terlebih kita tahu kekuatan netizen terhadap perkara
ini sangat berdampak kepada mental, hujatan-hujatan yang melanda dapat mengganggu psikis
mental.
2. Kesehatan fisik, dampak penguunaan teknologi digital berlebihan dapat menggangu kesehatan
mata.
Selanjutnya mari kita bahas evaluasi mahasiswa di era digital, evaluasi ini menunjukkan bahwa era
digital telah membawa perubahan signifikan dalam cara gerakan mahasiswa beroperasi. Meskipun ada
banyak peluang dan kekuatan baru, juga muncul tantangan-tantangan yang perlu diatasi untuk
memastikan efektivitas gerakan mahasiswa di era digital, seperti :
1. Perluasan jangkauan:
Gerakan mahasiswa dapat menjangkau audiens yang lebih luas melalui media sosial dan
platform online. Namun, hal ini juga bisa menimbulkan "slacktivism" - aktivisme yang hanya
sebatas klik dan share tanpa aksi nyata.
2. Kecepatan mobilisasi:
Media digital memungkinkan organisasi dan mobilisasi yang lebih cepat untuk aksi atau
demonstrasi. Tapi ini juga bisa mengarah pada gerakan yang kurang terstruktur atau kurang
matang dalam perencanaan.
Diversifikasi bentuk protes:
Munculnya bentuk protes baru seperti petisi online, kampanye hashtag, atau boikot digital.
Tantangannya adalah mengukur efektivitas nyata dari bentuk-bentuk protes digital ini.
4. Visibilitas dan dokumentasi:
Kemudahan mendokumentasikan dan menyebarkan informasi tentang pelanggaran hak atau
ketidakadilan. Risiko manipulasi informasi atau penyebaran berita palsu juga meningkat.
5. Kolaborasi lintas batas:
Teknologi memungkinkan kolaborasi antara gerakan mahasiswa di berbagai negara. Namun,
ini bisa menimbulkan tantangan dalam menyatukan berbagai konteks lokal yang berbeda.
KESIMPULAN
Era digital telah mengubah lanskap gerakan mahasiswa secara fundamental. Revitalisasi
gerakan mahasiswa di era ini membutuhkan adaptasi terhadap teknologi baru, pemahaman
mendalam tentang dinamika digital, dan strategi yang menggabungkan kekuatan aktivisme
online dan offline. Dengan pendekatan yang tepat, gerakan mahasiswa dapat memanfaatkan
potensi era digital untuk menciptakan perubahan sosial yang lebih luas dan berkelanjutan.
Referensi
Adams, J. A. (1984). Networked computers promote computer literacy and computer-assisted
instruction. T.H.E. Journal, 11(8), 95--99.
Blisle, C. (2006). Literacy and the digital knowledge revolution. In A. Martin & D. Madigan
(Eds.),
Digital Literacies for Learning (pp. 51-67). Facet. doi:10.29085/9781856049870.007
Buckingham, D. (2010). Defining Digital Literacy. Medienbildung in Neuen Kulturrumen,
59--71. https://doi.org/10.1007/978-3-531-92133-4_4
Qodir, Z. (2018) Gerakan Mahasiswa di Indonesia: Meninggalkan Ideologi, Menuju
Pragmatisme. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 22(1), 1-14.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H