Mohon tunggu...
Indra Pangestu
Indra Pangestu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Melestarikan Kearifan Lokal Melalui Frekuensi Radio

11 Oktober 2016   02:43 Diperbarui: 11 Oktober 2016   02:49 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Budaya yang akan datang adalah budaya penerus yang paham akan budayanya tidak malu berbahasa, tidak malu  melestarikan budaya kesenian dan sebagainya. Sedangkan kebudayaan Serang ada tapi belum bisa disebut lestari.”

Budi U Javanesia

Suasana masih mendung setelah gemercik hujan meninggalkan bekas. Ada seorang penyiar sedang melakukan tegur sapa dengan salah seorang artis yang ingin mempromosikan lagu terbaru melalui telepon seluler.  Sang artis ternyata pernah mengikuti audisi di televisi nasional. Percakapan begitu ceria dan komunikatif. Pembicaraan diakhiri dengan menyanyikan sebuah lagu. Penyiar itu kemudian keluar untuk memulai percakapan bersama saya. Somad, nama yang tidak asing lagi bagi pendengar Serang Radio.

Orang sering mengenal dengan sebutan Didi atau Somad. Bernama asli Budi U Javanesia, berdiri sebagai Program Directordi Serang Radio. Merintis karier dari tahun 2004 sampai sekarang. Perawakan yang kurus, berkulit sawo matang. Dia memiliki suara yang khas. Kemudian kami tidak membuang waktu untuk berdiskusi mengenai peran budaya di media massa khususnya Radio Serang.

Serang Radio berdiri sudah hampir 10 tahun. Berawal  “IAR”  dari tahun 2004 sampai 2005 yang berupa non komersil, waktu itu konten radio berupa layanan masyarakat. Sambil menggali lagi gaya lokal Serang. Tahun 2006  mereka mendeklarasikan untuk menjadi radio komersil karena melihat potensi kebudayan yang ada di Banten lumayan banyak. Khususnya menggali budaya lama disinkornkan dengan budaya masa kini untuk melanjutkan ke budaya yang akan datang.

Respon tahun pertama disebabkan menggunakan bahasa Banten. Serang Radio menuai banyak kritikan dari pendengar.  karena mereka terbiasa dengan bahasa Jawa Barat atau babasan sedangkan gaya penyampaian para penyiar menggunakan bahasa Banten yang tidak ada kasta. Dengan tegasnya Budi menceritakan perjuangan dalam mengedukasi bahwa bahasa Banten seperti ini adanya. Akhirnya mereka mulai paham dengan bahasa Banten.

Hampir 10 tauhun berlalu seperti gayung bersambut, puncaknya pada tahun 2010 Serang Radio mendapatkan banyak penghargaan. Lembaga survey Wahana Data menjadikan Serang Radio salah satu radio elektronik  yang memperkenalkan muatan local Serang. Kemudian Radio Serang mendapapat penghargaan dari PRSSI Banten. Setelah itu walikota pertama memberikan penghargaan radio lokal yang memperkenalkan bahasa.

Program unggulannya Serang Radio ada tiga diantaranya; KSB, Kompas Pagi dan Serdadu 89,8. Khusus persentase tinggi mengenai budaya itu ada di KSB ( Kandaga Saung Balad) Khususnya bahasa dan kebudyaan non bahasa. Seminggu sekali membahas tema-tema kebudayaan local.

 “Kami juga menggunakan bahasa Jawa Banten dan Sunda Banten, tujuannya agar mengedukasi masyarakat terutama pemuda dan anak-anak yang ingin mempelajari bahasa Banten. Cara termudah kami mencoba mengakrabkan diri dengan pendengar. Menurut saya sendiri sampai detik ini juga yang konsen loka ya hanya serang radio. Karena memperkenalkan budaya local. Anak-anak yang belum mengenal budayanya bisa mengenal dengan kemasan yang lebih menarik.  Kami ingin menggali budaya local serang dengan mengemasnya dengan pemberian informasi kepada khalayak pendengar.” Kata  Budi U Javanesia dengan tutur kata yang sopan dan tegas.

Budi mengungkapkan, Dengan keberadaan 726 bahasa yang ada di Indonesia. Jaringan etnikom Indonesia konsen dengan budaya local. Menurut tim Etnikom anak dan pemuda di Serang itu malu menggunakan bahasa Jawa Serang. Makanya tugas serang radio memberikan pengenalan budaya lokal dengan pengemasan yang modern dan menarik untuk dipelajari oleh kalangan remaja.

Ada dua factor yang dirasakan sebagai penghambat berkembang atau tidaknya sebuah kebudayaan lokal disebuah daerah. Pertama faktor asyarakat belum mengapresiasi budaya local sendiri.  dan  kedua pemerintah daerah belum sepenuhnya mendukung pelestarian budaya lokal. Baru sebagian orang yang mau belajar kebudayaan Serang. Hal itu menjadi tugas Serang Radio dalam  memperkenalkan budaya lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun