Irma, sebuah nama yang sederhana. Hari itu senyum yang kau lemparkan begitu simple, hingga menggugah hati yang sederhana ini. Bagaimana bisa pagi di ufuk timur jika matahari terbit di pelupuk matamu yang sederhana. Sebuah kalimat yang tiba-tiba terlintas dibenak saat hati sedang enggan untuk berbicara. Jika saja jarak yang sejauh ini kemudian menjadi tembok rintang mata ini, maka biar kuhadirkan badanku 5cm di tempat kau pernah merindukanku.
Aku tau jika hujan adalah favoritmu, tapi lagi kau ragu untuk berbaur dengan hujan yang begitu bebas. Kenapa tidak kau cium saja hujan, di luar sana tetes-tetesnya tak pernah bosan mengetuk jendela hatimu yang bening. Pernah sekali kau bilang, “aku suka aliran sungai yang jernih”. Kenapa tidak kau bebaskan saja dirimu diluar sana bersama ramainya deru hujan, resapi sentuhannya hingga aliran sungai pun laju padamu, seperti yang kau impikan. Irma, Kiss The Rain and River Will Flows On You. Dan disini aku awan yang akan membawakan hujan padamu. Di sini aku mengamati tingkah lincahmu, hingga akhirnya kau ada disini, disampingku. Maaf karena laju hidup terlalu cepat memanggilku, meninggalkanmu jauh di Ujung Pandang*
--------
Ujung Pandang sebutan kota Makassar dulu.
Visit me: http://notanotherlogic.tk
Tamalanrea 03 Agustus 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H