Mohon tunggu...
Indra Malela
Indra Malela Mohon Tunggu... -

Pegawai Swasta tinggal di Cikarang, Hobi membaca; menulis untuk iseng saja.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keberkahan Sosial dari Expatriat Jepang di Cikarang

26 Mei 2011   04:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:13 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usianya tak lagi muda. Kalau untuk ukuran orang Indonesia mungkin termasuk kategori usia yang tidak produktif. Tapi di umur 60-an itu ia masih aktif dan produktif. Produktif di tempat kerja juga dalam kehidupan rumah tangga.Ia masih rutin bekerja tiap hari pergi ke kantornya.Usianya sudah senja, tapi isterinya masih muda. Anaknya masih usia balita. Sebelum pergi ke kantor, kadang ia mengantar anak-anaknya sekolah.Anaknya adalah teman sebaya anak-anak saya.

Ada banyak stereotif lelaki sepertinya yang tinggal dan menetap di sini di Cikarang. Sebagian dari mereka juga adalah teman atau juga rekanan kerja. Mereka dari Jepang. Mereka merasa betah menetap di sini, bertetangga dengan kami. Bukan hanya karena alasan biaya hidup yang murah. Mungkin juga karena alasan ghirah dan gairah.

Di Jepang juga dengan usia 60-an adalah usia pensiunan. Sudah tak ada kerjaan kendati bisa hidup tenang dan nyaman. Tapi kadang nyaman dan mapan sering tak melahirkan tantangan.Bahkan mendatangkan kebosanan. Hidup jadi kurang warna miskin nuansa. Mungkin itulah kenapa mereka memilih tinggal di sini di usia senjanya. Merenda kembali gairahnya –barangkali- untuk yang kedua.

Tapi toh tak ada salah. Setiap manusia berhak memilih dan memilah pilihan hidupnya secara sah. Apalagi bila pilihannya itu melahirkan berkah. Keberkahan finansial untuk ukuran paling dangkal. Juga lahir keberkahan sosial di sisi lain. Makin kaya saja keragaman dan kebhinekaan hidup bertetangga di lingkungan kami oleh kehadiran mereka. Mereka  cukup bisa berasimilasi dalam berinteraksi dengan kami-kami ini. Bahkan bisa makan nasi dengan sambal terasi -- bukan sushi atau sashimi.

Pernah ada peristiwa yang membuat tetangga-tetangga kami sedikit gempar. Di pagi buta terdengar panggilan dengan suara yang tidak biasa. Salah seorang di antara mereka melantunkan azan lewat pengeras suara di langgar. Membangunkan kami, para pribumi yang kebanyakan masih tertidur pulas. (Cikarang 26 Mei 2011, Indra Malela)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun