Selasa, 14 Februari. Hari kasih sayang ramai dirayakan orang di planet bumi. Di belahan planet yang sama orang bilang ini konspirasi Yahudi. Â Haram. Tapi apa peduli. Sekelompok masa terang-terangan, bahkan, meng-kado-i Habib dari FPI sebuah bingkisan tanpa kekerasan, demo di bundaharan HI. Â Dan peserta demo-nya mendapat bingkisan kasih sayang berupa bogem mentah dari masa yang lainnya. Kekerasan dan kasih sayang hidup berdampingan di negeri ini. Ini negeri demokrasi. Tiap orang punya cara masing-masing untuk berekspresi.
Di hari yang sama -ini bukan cerita, tapi kisah nyata- kami bersama 170-san rekan kerja kami di Kanefusa di-kado-i bingkisan kasih sayang yang berbeda. Menjelang pulang, kemarin petang, pabrik kami diblokade masa FSPMI. Kami tidak bisa keluar dari pabrik terpaksa menginap di pabrik.  Di hari valentine, begitu katanya, orang biasa dihadiahi coklat. Kami diberi hujat sebagai bangsat dan pengkhianat.  Ungkapan ‘kasih sayang’ tiap orang beragam memang. Negeri ini terderi dari beribu pulau, beribu suku. Beribu pula budaya dan bahasanya. Kini beribu forum anak negeri berdiri, juga berjuta ormas anak bangsa dibuat. Maka akan bermacam pula cara mereka menyampaikan aspirasi dan pendapat.
Era reformasi melahirkan berbagai macam ormas. Penguasa punya partai. Rakyat bisa membentuk ormas. Ormas bisa menggertak dan memelas, bila perlu memeras.  Ini negeri bebas. Bebas memaksakan kehendak seakan-akan seperti menuntut hak. Semua orang punya persepsi. Untuk itu, tak ada salahnya bila  ‘penyekapan’ ini kami persepsikan saja sebagai hadiah cinta di hari valentine tahun ini.  Semoga tidak haram untuk kami terima. Semoga dengan cinta hujat itu bisa berubah jadi coklat. Karena setiap hari adalah hari kasih sayang.
Tetap semangat!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H