Bali dinilai sebagai wilayah yang kuat akan multikultural, setidaknya ini yang saya lihat saat ini. Multikultural sendiri berasal dari 2 kata yaitu multi yang diartikan banyak dan kultural diartikan sebagai budaya.Â
Secara tidak langsung multikultural dianggap sebagai ideologi yang menghendaki munculnya persatuan dari beragam kelompok kebudayaan dengan hak dan status sama di masyarakat modern (Sumber klik disini).Â
Kuatnya multikultural di Bali tidak terlepas dari posisi Bali sebagai destinasi wisata internasional yang tidak hanya menarik kedatangan wisatawan asing maupun nusantara namun juga masyarakat diluar Bali untuk merantau atau menetap di Bali.Â
Kaum pendatang bahkan banyak yang hidup berkelompok hingga menciptakan kelompok masyarakat tersendiri. Ada kampung Jawa yang mayoritas pendatang dari Pulau Jawa, Kampung Bugis, Kampung Madura dan sebagainya. Tidak hanya itu di Canggu pun kerap disebut Kampung Bule karena terdapat banyak Villa yang menjadi tempat tinggal WNA dalam jangka waktu lama.Â
Kini ketika saya mengambil magister di salah satu kampus negeri di Bali. Dalam 1 angkatan yang terdiri dari 57 orang dalam jurusan sama terdiri dari Aceh hingga Maluku. Meskipun tidak ada yang berasal dari Pulau Papua setidaknya kelas kami cukup multikultural.Â
Teman SMA saya yang asli Bali namun tinggal di Gilimanuk ternyata pintar berbahasa Jawa. Bahkan ketika mengobrol dengan teman yang keluarga besarnya berasal dari Jawa, ia bisa mengobrol dengan bahasa Jawa. Wow, saya salut dengan kemampuannya.Â
Ternyata teman saya ini cerita di tempat tinggalnya yang merupakan pintu masuk Bali dari Pulau Jawa banyak sekali masyarakat asal Jawa yang tinggal. Tidak heran sejak kecil sudah terbiasa mendengarkan bahasa Jawa dari interaksi sehari-hari. Alhasil meskipun keturunan asli Bali namun ia paham betul bahasa dan sedikit budaya Suku Jawa.Â
Lain cerita dengan teman kuliah yang kini menetap di Bali bersama orang tua. Dirinya bercerita bahwa keluarga dan koneksi personal yang lebih banyak dengan WNA selama di Bali ikut mempengaruhi kondisi sosial.
Berbicara dengan bahasa Inggris sehari-hari, tampil kasual dan pergi ke acara musik hingga minum minuman keras bukanlah hal baru. Ia menyadari kolega nya yang berasal dari negara Barat membuat dirinya perlu juga beradaptasi agar bisa membangun koneksi secara lebih personal.Â
Multikultural Namun Toleransi Tetap Terjalin