Pernahkah merasa kecewa saat mengunjungi obyek wisata yang ternyata tidak sesuai ekspetasi?Â
Saya memiliki pengalaman tersendiri. Beberapa bulan lalu teman jaman kuliah menginfokan ingin wisata ke Bali. Dirinya meminta saya buat berwisata bersama. Saya pun mengiyakan karena memang suka wisata dan sekalian bantu teman agar ada teman menjelajah selama di Bali.Â
Saya merekomendasikan untuk menjelajah Bali Timur karena menurut saya banyak spot foto instagramable. Cocok untuk yang berjiwa posting aktivitas di sosial media.Â
Setelah browsing mencari melalui via internet dengan keyword obyek wisata instagramable di Bali Timur, munculnya beberapa obyek referensi. Melihat beberapa diantaranya kami tertarik dengan beberapa pilihan. Salah satunya air terjun.Â
Pada gambar terlihat air terjun indah, terdapat batu spot yang bisa digunakan untuk berdiri dengan latar langsung ke air terjun. Yang membuat semakin menarik ada fasilitas perahu kecil yang bisa membuat foto kian ciamik.Â
Setelah melalui perjalanan cukup jauh, sampailah kami di titik lokasi. Tempatnya asri karena banyak pepohonan di sekitar air terjun. Saat itu masih belum ramai ada wisatawan, pikiran semakin bersemangat karena kami bisa bebas berfoto ria.Â
Sayang ketika sudah sampai di titik air terjun, ada rasa kecewa karena tidak sesuai ekspetasi. Banyak sampah di sekitar air terjun, warna air pun tidak putih bening melainkan coklat dan fasilitas perahu tersedia hanya satu yang membuat beberapa wisatawan mengantri.Â
Jujur postingan di internet maupun sosial media terlihat memukau namun ketika datang ternyata tidak memenuhi ekspetasi. Akhirnya kami sadar bahwa ternyata kami terjebak dengan postingan yang ternyata mengandalkan editing.
Apa yang perlu dilakukan agar tidak menjadi korban flexing pariwisata?Â
1. Fokus pada komentar pengunjung