Aku masih ingat kenangan itu, berlari mengejar waktu, berjalan diantara aroma keringat dan parfum menyengat. Kau, pemuda baik hati memberikan kursimu padaku. Hanya mampu mengucapkan terima kasih dan kau jawab, tak masalah.Â
Tuhan itu baik, itulah yang ku tahu. Takdir mempertemukan kita kembali pada kereta dan gerbong yang sama. Kini bukan berhadapan namun kita duduk bersebelahan. Memperbincangkan hal sederhana hingga berlanjut ke dunia maya
Waktu berlalu begitu cepat menjadi bagian dari cerita dalam kenangan.Â
Aku tersenyum melihatmu dari kejauhan. Berdiri diantara peron, bercanda dengan sang waktu, memberi isyarat setiap detik pertemuan begitu berharga.Â
Manggarai-Sudirman, rute yang akan kita rindukan. Menguntai kata sederhana, menata harapan masa depan.Â
Aku pernah serindu itu seperti Kacer yang selalu menyapa mentari. Rindu pada kisah romansa yang sengaja kita ciptakan diantara peron di Manggarai.Â
--PUISI HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H