Akulah kapal yang berlabuh di dermaga, mengantarkan jiwa-jiwa yang rindu meski ada isak tangis dari setiap lambaian tangan seakan enggan berpisah
Selamat jalan, kini saatnya aku berlayar. Menjumpai Avisa luas di seberang sana. Bercanda dengan gelombang, menari bersama pari manta. Bercerita tentang riak-riak yang kadang menyambut, kadang menantang.Â
Sahabat, perjalananku tidaklah mudah. Badai telah mengoyakkan tubuhku, ombak pasang menghantam haluan. Akulah kapal yang kini berjuang di samudera.Â
Perlahan badai kian pekat, ombak kian menyerang. Anjungan terasa goyah
Sepertinya aku kapal yang kehilangan arah. Pasrah pada gelombang, menuntun tak terkendali.Â
Beribu cara telah ku coba menenangkan sang badai, aku ragu, aku dilema.Â
Maaf sahabat, aku kapal yang memilih karam. Bukan karena menyerah namun waktu ku telah usai menyapa mentari di ufuk timur.Â
#Puisi_HIM
Denpasar, 26 Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H