Apa yang sekilas muncul di benak pembaca jika mendengar Kuningan?Â
Mungkin ada yang menebak sebuah daerah di Jawa Barat atau sejenis logam yang terbuat dari campuran tembaga dan seng. Namun bagi yang pernah menetap di Bali akan menyebut hari sakral bagi Umat Hindu.Â
Ya, Hari Raya Kuningan dianggap masih satu rangkaian dengan Galungan. Ini dikarenakan jarak kegiatan berselang 10 hari. Jika Galungan dirayakan setiap Rabu (Budha) Kliwon Dungulan maka Kuningan dirayakan setiap Sabtu (Saniscara) Kliwon, wuku Kuningan.Â
Seringkali kita akan menemukan spanduk atau papan informasi yang menuliskan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan. Hal ini lumrah karena kedua hari raya ini sangat berdekatan.Â
Pagi ini saya menyempatkan diri ke kantor. Sebenarnya sudah muncul Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 422.3/15315/PK/BKPSDM terkait perayaan Galungan dan Kuningan dimana salah satunya menetapkan Galungan dan Kuningan sebagai hari libur di Bali.Â
Namun mengingat kantor saya bergerak di sektor Jasa maka bagi pekerja Non Hindu diminta piket untuk operasional kantor. Alhasil saya dan 3 rekan kerja di bagian distribusi yang melakukan piket.Â
Pagi masih ada staff Hindu menyempatkan diri ke kantor untuk membawa perlengkapan dan sesajen untuk dihanturkan ke pura kecil (merajan) kantor. Ini sebagai perwujudan rasa bakti perusahaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.Â
Sehari sebelumnya saya sempat mengobrol dengan rekan kerja yang beragama Hindu tentang sekilas makna, persiapan dan apa kegiatan yang rutin di lakukan saat Kuningan. Ternyata ada beberapa informasi menarik yang saya dapatkan.Â
# Sarana Dan Prasarana Khas
Ternyata ada sarana dan prasarana upacara yang menjadi ciri khas dalam Hari Raya Kuningan. Contoh terdapat nasi berwarna kuning. Tidak  hanya itu terdapat hiasan yang wajib dibuat oleh umat Hindu yaitu Tamiang dan Endongan yang juga memiliki warna khas Kuning.Â