Kerapkali ketidakselarasan antara bawahan dan atasan dapat disebabkan karena SOP. Atasan terlalu kaku dan bawahan ingin sesuatu yang baru, fleksibel dan berbeda.
Contoh seorang sales meminta pengeluaran barang karena berhasil mendapatkan orderan. Namun SOP yang berlaku pengeluaran barang baru bisa terjadi jika sudah pengisian data customer hingga persetujuan atasan.Â
Namun bagi si sales, aturan ini terkesan kaku padahal customer menginginkan barang sesegera mungkin. Jika tidak maka customer berubah pikiran.Â
Ada dua posisi yang tak sejalan, sales ingin sesuatu yang lebih praktis dan instan sedangkan atasan akan menuntun secara SOP. Ketidakcocokan ini yang bisa membuat sales kurang puas dan sejalan dengan atasan.Â
Bagi saya, SOP perlu diterapkan karena sudah menjadi acuan dan kewajiban. Jika ini dilanggar maka akan menimbulkan ketidakpercayaan dari berbagai pihak karena salah satu pihak bisa bertindak diluar SOP.Â
2. Apakah berkaitan dengan Hak dan Kewajiban?Â
Setiap pekerja memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Hak seperti menerima gaji, fasilitas yang memenuhi serta tunjangan. Sedangkan kewajiban berkaitan dengan urusan pekerjaan.
Nyatanya di lapangan ada ketidaksesuaian hak dan kewajiban yang berujung pada masalah internal atasan dan bawahan.Â
Contoh seorang karyawan mendapatkan tugas tambahan dari atasan karena seorang pekerja mengajukan cuti atau resign. Tugas ini berbeda dengan jobdesc utama si pekerja. Sayangnya penambahan kewajiban ini tidak sejalan dengan tunjangan.Â
Contoh lainnya kewajiban pekerja adalah bekerja 8 jam (termasuk jam istirahat) perhari. Namun atasan mengingkan loyalitas karyawan dimana harus bekerja minimal 10 jam di kantor. Bahkan jika diperlukan ada jam lembur yang dianggap memberatkan karyawan