Lah kan masyarakat Bali pantang makan daging sapi. Kok ada nasi jinggo lauk daging sapi?
Mengingat Bali menjadi tempat tinggal bagi pendatang maupun wisatawan sehingga penjual nasi jinggo memberikan alternatif lauk khususnya bagi mereka yang bosan dengan daging ayam.Â
Namun kerap ada juga masyarakat Bali yang menyukai daging sapi, biasanya mereka yang pernah merantau diluar Bali. Salah satunya keluarga dari ibu saya yang dulu lama tinggal di Lampung dan Jakarta.Â
Mengingat porsi nasi jinggo lebih besar dibandingkan nasi kucing, 1-2 porsi nasi jinggo bisa saja dirasa cukup. Saya bahkan lebih sering membeli 1 porsi saja karena memang sudah cukup membuat perut kenyang.
Menemukan penjual nasi jinggo tidaklah sulit. Ada banyak penjual yang menjajakan usahanya dengan lapak di motor, lapak di pinggir jalan atau, pasar malam/senggol hingga ala usaha angkringan.Â
Ya, nasi jinggo umumnya dijual di malam hari. Pembeli biasanya adalah pekerja yang shift malam dan tidak sempat membawa bekal makanan, mahasiswa, pekerja perantau ataupun wisatawan.
Saya paling suka makan di penjual yang mendesain ala angkringan. Mengambil sebungkus nasi jinggo ditambah kulit ayam dan gorengan kemudian ditemani teh hangat. Disantap saat malam hari di angkringan sambil menikmati musik. Bakal bikin perut kenyang dan hati menjadi senang.Â
Apakah Bisnis Nasi Jinggo Menjanjikan?Â
Salah seorang kerabat saya menjadi supplier nasi jinggo untuk beberapa warung. Ternyata banyak pedagang yang memanfaatkan supply nasi dari pihak lain. Ini mengingat membuat nasi jinggo membutuhkan waktu dan tenaga besar.Â
Selain harus membuat nasi, kita juga harus membuat berbagai lauk. Ya, lauk nasi jinggo sangat beragam seperti ayam suwir, daging sapi, telor, tempe oreg, serondeng kelapa, sayur tumis, mie dan sambal.Â