Pernahkah menemukan kasus dimana orang tua melarang anaknya menggeluti olahraga tertentu seperti sepakbola, basket, voli, atletik maupun olahraga lainnya? Atau ternyata pembaca merasakan sendiri kondisi ini?Â
Saya akui kasus seperti ini banyak terjadi di sekitar kita. Masih ada penilaian orang tua bahwa sebaiknya anak fokus pada tujuan utama yaitu menimba ilmu di sekolah.Â
Terlalu fokus olahraga dikhawatirkan si anak tidak bisa mendapatkan nilai sesuai ekspetasi serta tidak memiliki prestasi secara akademik.Â
Kita masih terjebak dengan paradigma bahwa nilai akademik baik akan mudah mendapatkan pekerjaan dimasa depan, nilai akademik baik akan membuat orang tua bangga, nilai akademik baik jadi tanda bahwa orang tua berhasil mendidik anak.Â
Saya pernah mendapatkan curhatan teman bahwa orang tuanya menolak dirinya ketika ingin mendaftar di jurusan ilmu keolahragaan saat kuliah. Alhasil demi tidak mengecewakan orang tua, dirinya menguburkan mimpi untuk mendalami bidang olahraga secara mendalam.Â
Saya coba menempatkan diri di posisi teman saya ini. Pasti ada rasa kecewa dalam hati ketika orang tua tidak merestui hobinya di bidang olahraga.Â
Bagi saya ada beberapa alasan mengapa jangan menolak atau melarang anak mencintai olahraga. Kenapa?Â
Olahraga Bisa Menciptakan Privilige Khusus
Keponakan saya pertama sudah menunjukan hal ini. Ketika dirinya hendak masuk ke jenjang SMA. Kakak saya sempat ketar-ketir dengan persaingan antar siswa untuk bisa diterima di sekolah favorit.Â
Tidak dipungkiri saat ini persaingan di bidang akademik begitu ketat. Untuk bisa diterima di sekolah favorit, siswa harus bisa menggungguli ratusan bahkan ribuan pesaing.Â