Le, jika kelak dirimu besar jadilah surya yang bersinar diantara awan-awan
Cahayamu mungkin menyilaukan tapi setidaknya telah memberi hangat pada makhluk di bumi
Janganlah menjadi guntur di gelapnya malam yang hadirnya memberi gelegar
Hingga burung hantu menjadi takut menunjukkan wajahnya
Le, ingatkah perjuangan kakekmu dulu semasa kemerdekaan?
Berteman dengan deru senjata, ia maju ke medan laga
Bilah bambu yang tersimpan di kamarmu adalah saksi
Ketika raganya menyentuh pertiwi dengan senyum bahagia
setidaknya ia berjuang untuk keluarga dan bangsanya
Ulat buruk rupapun bertahan dalam kejamnya dunia
Ia simpan semua duka dalam setiap serabut halus yang membungkus tubuhnya
Perlahan namun pasti si ulat pun kini menjadi kupu-kupu indah
Masihkah ada yang mencaci si ulat buruk rupa itu?
Le, jika engkau tidak bisa jadi pelita janganlah menjadi malam
Jika hadirmu tidak memberi manis setidaknya jangan menjadi garam kehidupan bagi yang lain
Dua tiga orang akan menyapamu namun tidak dengan hatinya
Nelangsa
Asa tak kan hadir tanpa air mata dan keringat
Senyum muncul menutupi kesedihan
Inilah cerita romo di perempat malam,
Hidup adalah jalan panjang yang kadang berliku
Kamulah si empunya hidup yang menentukan arah jalan mana ingin kamu capai
--SEKSI (SElasa Kita berpuiSI)
#SEKSI_11
#HIM Di Gubug Pena
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H