Sobat Kompasiana yang berusia di atas 35 tahun pasti familiar atau bahkan memiliki kenangan manis dengan celengan tanah liat. Celengan dengan bentuk lucu seperti kendi, atau hewan ayam, harimau, kelinci atau babi.Â
Saya ingat kenangan dulu semasa kecil. Ada penjual celengan melintas di depan rumah. Kakek saya membelikan celengan untuk saya dan kakak. Saya memilih celengan bentuk ayam karena suka dengan hewan ini.Â
Setiap hari, saya berusaha menyisihkan uang jajan sekolah untuk dimasukan ke dalam celengan. Namun layaknya anak kecil, kadang niat menabung kalah dengan niat jajan.Â
Ketika nafsu jajan lebih tinggi, tidak jarang saya menggunakan lidi berusaha mencongkel uang yang ada di celengan. Satu persatu isi tabungan justru diambil untuk jajan.Â
Jika ada pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Tapi kebiasaan ini sedikit demi sedikit lama-lama isi tabungan jadi ludes.Â
Kini rasanya sangat susah mencari celengan jenis ini. Pernah saya melihat ada penjual celengan ini di tepi jalan. Namun rasanya jaman telah berubah, nyaris tidak ada orang yang membeli celengan jenis ini lagi.Â
Saya berpikir, apa ya yang membuat celengan ini sudah tidak diminati lagi? Padahal banyak orang tua yang mendidik anaknya untuk berhemat dan menabung sedari dini.Â
# Uang Kertas Resiko Rusak
Saya akui celengan tanah ini lebih baik untuk uang logam. Ini karena bahan uang logam yang kuat dan tidak mudah rusak.Â