Ada kerabat yang menurut saya beraksi berlebihan. Ia kesal melihat keponakan yang masih usia sekolah namun sudah pacaran.Â
Padahal si keponakan sudah SMA artinya ada di usia remaja dimana mulai tertarik dengan lawan jenis. Bagi kerabat saya ini, selagi masih berstatus pelajar harus fokus dalam pendidikan.Â
Bahkan ia meluapkan kekesalan dengan memberi nasihat yang cukup keras pada keponakan. Ia mengganggap efek sudah pacar, keponakan ini jadi suka keluyuran dan agak malas.Â
Saya yang melihat momen ini agak kecewa dengan kerabat saya ini. Apa penyebab kekecewaan saya?Â
Saya tahu betul seperti apa semasa muda kerabat saya ini. Bahkan saat masih SMA pin, ia sudah dikenal playboy dan terlihat arogan.Â
Bahkan anaknya sejak duduk di bangku SMP nyatanya sudah berpacaran dan sering meluapkan status-status kegalauan dengan kekasih di sosial media.Â
Artinya kerabat saya ini tidak introspeksi diri dulu sebelum menasehati orang lain. Bagi saya ini sikap egois dimana ia menginginkan orang lain bersikap sesuai harapan. Nyatanya dirinya tidak melakukan hal sama pada diri sendiri atau bahkan keluarga internal.Â
Inilah alasan mengapa introspeksi diri dulu sebelum ingin mengubah orang lain. Ada beberapa hal yang bisa ditanamkan jika ingin menasehati orang lain. Apa saja itu?Â
# Jangan Pernah Ciptakan Komparasi
"Dulu sewaktu ayah masih muda, ayah tuh gak pernah main gadget. Gak pernah nongkrong di cafe. Kamu kok gak bisa kaya ayah! "
Di atas hanya gambaran kecil dimana kita lebih suka menasehati orang lain dengan melakukan perbandingan atau komparasi hidup. Komparasi ini bisa dibandingkan dengan kisah hidupnya dulu atau mengambil kisah hidup seseorang sebagai pembanding.Â