Ada kejadian unik yang sempat saya rasakan atau mungkin juga dialami oleh pembaca Kompasiana. Fenomena warna seragam Satuan Pengamanan (Satpam) yang dulu sempat memiliki warna dan model yang mirip dengan polisi.Â
Seringkali saya terkecoh dan kaget sendiri. Ketika ke suatu perkantoran, kok banyak ada polisi yang jaga. Apakah ada sesuatu?Â
Sempat bertanya dalam hati. Eh ternyata itu adalah beberapa satpam yang memang sedang bertugas di kantor tersebut.Â
Ketika asyik mengendarai kendaraan di jalan. Tiba-tiba saya terkejut ketika muncul sosok berpakaian coklat menghentikan kendaraan saya. Orang itu seakan meminta saya berhenti sejenak karena ada kendaraan lain yang hendak ingin menyebrang. Ternyata itu sekuriti perusahaan yang ingin membantu kendaraan tamu menyebrang.Â
Entah kenapa hati ini selalu berdebar jika melihat sosok yang menggunakan seragam layaknya polisi. Seperti orang jatuh cinta, ada rasa gelisah, deg-degan bercampur takut setiap berpapasan dengan sekuriti dengan seragam coklat.Â
Momen seperti ini mengingatkan saya dulu pernah di tilang oleh Polisi Lalu Lintas (Polantas) karena melanggar marka Jalan atau ada razia surat kendaraan. Kenangan dan rasa deg-degan itu begitu membekas hingga saat ini.Â
Tidak dipungkiri penggunaan seragam bukanlah hal baru dalam kehidupan masyarakat kita. Kita sudah terbiasa menggunakan seragam seperti seragam sekolah, seragam organisasi, seragam acara kepanitian hingga seragam kerja.Â
Umumnya dunia perkantoran di Indonesia masih menerapkan penggunaan seragam untuk karyawannya.
Ada banyak kisah unik tentang penggunaan seragam yang saya alami atau dengar dari kisah beberapa orang disekitar. Apa saja itu?
# Seragam Jadi Identitas Kebanggaan
Seorang teman semasa kuliah sempat menyampaikan niat ingin bekerja di salah satu TV Nasional karena terpincut dengan seragam karyawannya. Awalnya saya tercengang dengan alasan dirinya mencoba melamar sebagai team kreatif di TV Nasional tersebut dikarenakan hal sederhana, terpincut oleh seragam.
Kisah ini ternyata juga banyak dialami oleh orang disekitar kita. Ada yang tertarik melamar TNI, Polri, Pilot, Pramugari, ataupun PNS karena tertarik dengan seragam yang digunakan. Ketika melihat seseorang dengan profesi tertentu menggunakan seragam kerjanya, terlintas ingin seperti sosok tersebut dikemudian hari.
Seragam telah menjadi identitas suatu kebanggaan. Bagi sebagian orang, menggunakan seragam kerja yang khas membuat dirinya semakin percaya diri dalam lingkungan sosial. Tidak jarang penggunaan seragam juga menjadi bukti tentang perjuangan dan impiannya agar bisa diterima di suatu perusahaan/instansi dan menggunakan seragam yang diimpikan.
Ada hal unik lainnya yang kerap terjadi di masyarakat pedesaan. Orang tua menilai calon menantu idaman atau seorang gadis menilai pacar idaman adalah mereka yang memiliki seragam khusus seperti PNS, Guru, TNI, ataupun Polri. Terbukti seseorang yang bekerja di instansi ini, akan mudah mendapatkan gadis impian atau merebut hati calon mertua.
Ironis, ada kisah oknum yang menipu orang lain dengan memanfaatkan seragam instansi tertentu.
Ternyata banyak oknum nakal yang memanfaatkan seragam dan identitas tertentu untuk menipu orang lain. Ada modus untuk mendapatkan hati si gebetan, upaya meyakinkan calon mertua, menipu, memeras orang lain atau sekedar sebagai gaya-gayaan semata. Ini tanda bahwa penggunaan seragam mampu memberikan rasa bangga dan status sosial tersendiri di masyarakat kita.
# Seragam Untuk Keseragaman dan Profesionalitas
Sesuai dengan tujuannya, penggunaan seragam memang untuk memberikan keseragaman serta rasa profesionalitas kepada pihak yang ada di dalam suatu instansi/perusahaan.Â
Ini juga berlaku di kantor saya dimana setiap orang mendapatkan seragam sesuai tingkatan dan divisinya seperti seragam bagian produksi, staf kantor, marketing, teknisi, pengiriman dan lainnya. Penggunaan seragam di kantor saya ini cenderung sebagai identitas divisi.
Berbeda lagi dengan suatu perusahaan di daerah Bekasi. Saya pernah mengobrol dengan seseorang karyawannya dan menginfokan jika mulai dari Office Boy, Security, Staf hingga managerial wajib menggunakan seragam yang sama. Disini perusahaan ingin menunjukan bahwa tidak ada pembeda baik mereka yang dilevel bawah ataupun atas.Â
Mereka terlihat setara dengan seragam yang sama. Saya personal salut dengan aturan manajemen di perusahaan tersebut. Bagi saya, penggunaan seragam yang sama baik di semua level membuat karyawan merasa tidak dibeda-bedakan.
***
Jika di atas saya menginfokan sisi positif penggunaan seragam kerja ternyata ada juga yang enggan jika bekerja harus menggunakan seragam. Salah satunya kenalan saya saat di Jakarta.Â
Ia pernah menolak panggilan kerja karena tahu jika diterima harus menggunakan seragam kerja setiap saat. Baginya menggunakan seragam kerja terkesan kaku dan tidak menghargai kebebasan individu.Â
Sebagai sosok yang suka fashion, dirinya mengidamkan suasana kerja yang lebih anak muda, terbuka terhadap baru dan tidak kaku. Teman saya ini mengatakan profesionalitas seseorang tidak selalu diukur jika harus menggunakan seragam kerja.Â
Menggunakan pakaian formal rapih pun bisa menunjukkan seseorang profesional dalam bekerja. Contohnya pria bekerja dengan kemeja, celana bahan dan dasi pun bisa menunjukan profesionalitas bekerja.Â
Ibarat gaya penampilan anak muda di kawasan Sudirman Central Busines District (SCBD) Jakarta. Para pekerja kantoran di kawasan ini lebih cenderung berpakaian semi formal bahkan kasual saat bekerja.Â
Atmosfer kerja menjadi lebih enak dimana perusahaan lebih menekankan pada output (luaran) dibandingkan harus kaku denhan cara berpakaian karyawan.Â
Ini sejalan dengan Atha, teman saya di Jakarta yang bekerja di Divisi Pengembangan Bisnis di Jakarta. Cara berpakaian kerja lebih sering menggunakan kemeja lengan pendek, celana jeans dan sepatu cats atau sneaker.
Bertemu dengan klien pun seakan lebih santai karena dirinya menempatkan diri sebagai anak muda yang inovatif dan terbuka.Â
Dari beberapa kisah unik terkait penggunaan seragam ini ternyata memiliki penilaian dari sudut pandang berbeda. Ada yang masih menganggap seragam itu lebih mencerminkan kebersamaan namun ada pula yang lebih menyukai gaya berpakaian bebas tanpa terikat oleh seragam kantor.Â
Berdirinya usaha di bidang start up serta Penanaman Modal Asing (PMA) ikut membentuk cara berpakaian kekinian dan memberikan kebebasan berpakaian individu.Â
Jika saya personal menilai sepertinya dalam beberapa waktu kedepan. Akan ada banyak perusahaan yang memilih untuk tidak menerapkan seragam pada karyawannya. Apakah sobat kompasiana punya penilaian lain?Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H