Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Fenomena Anjing Terlantar di Bali

20 Januari 2022   15:47 Diperbarui: 16 Februari 2022   22:16 7989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anjing Tengah Sakit | Sumber Pixabay

Anjing telah dikenal sebagai hewan peliharaan yang bersahabat dengan manusia. Ada anjing yang unik dan lucu seperti Pudel, Chihuahua, Shih-Tzu, Chow-Chow yang ramah kepada manusia. 

Disisi lain ada juga tipe anjing penjaga yang memiliki tubuh besar seperti Rottweiler, American Pitbull, Shiba Inu, Buldog, Husky Siberia atau Labrador. 

Tipe anjing ini sangat cocok untuk menjaga rumah atau menjaga si pemilik dari gangguan orang lain. Bahkan perawakan anjing ras ini membuat orang berpikir dua kali untuk mendekat karena sosoknya yang garang. 

Pulau Bali yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu sangat suka memelihara anjing. Bahkan ada rumah yang memiliki lebih dari 1 anjing. 

Hal menarik banyak pemilik anjing yang membawa anjing kesayangannya kemana pun ia pergi. Saya sering melihat anjing di bonceng dengan motor, diajak jalan-jalan ke pantai, lapangan, taman bermain hingga ke cafe dan mall. 

Selain upaya agar anjing tidak bosan di rumah, membawa peliharaan anjing kadang memunculkan rasa prestis tersendiri apalagi jika anjing mendapatkan pujian dari orang lain. 

Ironisnya tidak semua anjing yang ada di Bali seberuntung itu. Ada banyak anjing yang dibiarkan terlantar di Bali. Menguntip salah satu artikel di Kompas, jumlah anjing terlantar di Bali bahkan mencapai 500.000 dimana jumlah masyarakat Bali hanya 4 juta penduduk (Sumber kompas.com). 

Artinya masalah ini telah dianggap masalah yang cukup serius. Anjing-anjing terlantar ini mudah ditemukan di pasar tradisional, pantai, tempat wisata, perkampungan padat penduduk dan sebagainya. 

Setidaknya berdasarkan pengamatan saya ada beberapa faktor mengapa jumlah anjing terlantar begitu tinggi di Bali. 

1. Perkembangbiakan Begitu Cepat

Umumnya seseorang memelihara anjing diawali dari 1-2 ekor. Seiring waktu anjing ini akan tumbuh dan memasuki musim kawin. Biasanya anjing yang sudah berusia 1 tahun sudah mampu bereproduksi. 

Usia hamil anjing betina sekitar 9 minggu dengan jumlah anak 5-10 ekor sekali melahirkan. Bahkan dalam 1 tahun, anjing bisa berkembang biak hingga 2 kali. 

Artinya niat awal hanya memelihara 1-2 anjing justru ketika anjing berkembang biak. Jumlah hewan peliharaan pun akan bertambah berkali-kali lipat. 

Anak Anjing Dengan Induknya | Sumber WikiNetNews.com
Anak Anjing Dengan Induknya | Sumber WikiNetNews.com

Pemilik mulai menghadapi masalah baru seperti rumah yang tidak cukup besar menampung banyak anjing. Kondisi finansial, kondisi psikis karena terlalu banyak anjing peliharaan 

Mau tidak mau banyak anak anjing yang kemudian harus diberikan orang lain atau bahkan dibuang. 

Saya sering menemukan anak anjing yang sengaja dibuang oleh pemiliknya di lahan kosong, sawah atau pinggir jalan. Anjing tanpa pemilik inilah yang kemudian tumbuh sebagai anjing liar dan tidak terawat. 

2. Rasa Bosan Pemilik

Dilema yang sering terjadi adalah keinginan memelihara anjing hanyalah keinginan sesaat. Biasanya ketika bertemu dengan anjing kecil, ekspresi anjing yang gemas ini membuat siapa yang melihat ingin memeliharanya. 

Kondisi lainnya ada juga karena permintaan buah hati. Biasanya orang tua tidak tega ketika si anak berniat memelihara anjing karena di rumah temannya ada anjing lucu. 

Hobi dadakan karena keinginan sesaat ini justru menjadi malapetaka bagi si anjing. Ketika si anjing masih berukuran kecil, si pemilik akan sepenuh hati merawat. Ketikasi anjing sudah beranjak dewasa, munculah rasa bosan dari si pemilik. 

Anjing Yang Ditelantarkan Pemilik | Sumber Okezone
Anjing Yang Ditelantarkan Pemilik | Sumber Okezone

Alhasil ketika sudah bosan, si pemilik mulai ogah dan terkesan menelantarkan anjingnya tersebut. Sejak kecil, fenomena ini sering saya temukan. 

Anjing dewasa dibiarkan mencari makan sendiri. Tidak jarang anjing ini memilih mencari makanan di tempat sampah hingga lokasi yang banyak ada kerumunan orang. 

3. Anjing Kondisi Tidak Sehat

Ada ras atau tipe anjing tertentu yang butuh perawatan khusus. Anjing ini tidak boleh makan sembarangan, harus berada di suhu dingin, hingga harus rutin diberikan vitamin. 

Tidak jarang anjing dengan perawatan seadanya jadi sakit, tidak mau makan, badan kurus, bulu rontok, kutuan hingga terkena penyakit. 

Anjing Tengah Sakit | Sumber Pixabay
Anjing Tengah Sakit | Sumber Pixabay

Sayangnya ketika anjing kondisi tidak sehat, si pemilik makin ogah untuk merawat. Mereka merasa anjingnya tumbuh tidak sesuai ekspetasi mereka atau si anjing telah menjadi beban tambahan. 

Tidak jarang anjing kondisi tidak sehat ini dibiarkan begitu saja hingga mati. Atau dibuang agar tidak menjadi beban pemilik lagi. 

Ini pun terjadi pada anjing yang terluka, lumpuh atau cacat karena suatu hal. Seperti kecelakaan atau insiden khusus. Ketertarikan si pemilik berkurang karena si anjing cacat. 

4. Pemilik Pindah Tempat atau Ada Kondisi Khusus

Ada kisah dari kenalan saya di Bali yang bercerita harus membuang anjing peliharaannya karena tempat tinggalnya sekarang tidak boleh memelihara hewan peliharaan. 

Anjing yang selama ini dirawat akhirnya dilepas untuk mencari tuannya yang baru atau hidup sendiri di jalan. Kondisi berpindah tempat tinggal atau si pemilik mendapat larangan memelihara anjing baik dari keluarga, pasangan atau tetangga membuat mereka harus membiarkan si anjing hidup di jalanan. 

Masa pandemi ini juga turut andil munculnya anjing liar baru. Pemilik yang terkena dampak ekonomi selama pandemi seakan tidak mampu lagi merawat si anjing. Sudah bisa ditebak, anjingnya pun kini sudah tidak bertuan dan menjadi terlantar di jalan. 

Bisakah Kita Berkontribusi Terhadap Fenomena Ini? 



Ternyata masih ada orang yang berhati mulia dan memiliki rasa prikehewanan yang tinggi. Di atas adalah sebagian kisah seseorang yang tergerak hatinya untuk merawat anjing terlantar. 

Seandainya si anjing bisa berbicara layaknya manusia, pastilah mereka akan berteriak, Tolong Kasihani Saya (Please, Save Me). 

Memberi Makan Anjing Terlantar | Sumber Poros Bali
Memberi Makan Anjing Terlantar | Sumber Poros Bali

Andai kita tergerak dan bersedia merawat si anjing hingga kembali sehat dan ceria seperti sedia kala. Saya yakin 100 persen si anjing akan berterima kasih dan menganggap kita Tuannya. 

Seandainya kita belum mampu melakukan hal tersebut. Masih ada hal kecil yang bisa dilakukan. Saya pernah membaca postingan seseorang yang menawarkan kepada siapa pun untuk merawat anjing yang ia temukan. 

Ternyata respons luar biasa terjadi di mana banyak orang tertarik untuk merawat anjing tersebut. Upaya ini cukup membantu di mana kita mencarikan tuan baru bagi si anjing. Setidaknya si anjing masih ada harapan mendapatkan tuan yang baik dan tidak terlantar di jalanan. 

Ada beberapa grup/komunitas penyayang hewan di Facebook yang bisa kita berikan tawaran atau informasi terkait anjing terlantar atau kita menawarkan anak anjing yang terlalu banyak di rumah. Ini bisa jadi alternatif yang bijak. Salah satunya Animal Defender Indonesia (ADI). 

***

Anjing sama seperti kita merupakan makhluk hidup yang berharap dapat hidup dengan layak. Meskipun anjing hanyalah hewan peliharaan bukan berarti kita bertindak semena-mena atau menelantarkan hewan tersebut di jalanan. 

Fenomena anjing terlantar seperti yang banyak ditemukan di Bali adalah contoh kecil anjing terlantar ini menjadi masalah baru seperti berpotensi menyebarkan penyakit rabies, merusak keindahan lingkungan, hingga mengganggu orang di sekitar. 

Harapannya ada banyak orang yang tergerak dan ikut membantu merawat anjing yang terlantar ini. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun