Menyambut mentari pagi, ku hanya menatap kehadirannya melalui seuntas hammock yang terikat diantara 2 pohon. Sesekali menyeruput secangkir kopi hangat ditemani kicau burung pagi
Begitu nikmat hidup ini, udara bersih, burung berkicau seperti hendak menemani kesendirian.Â
Ibu pohon berdiri disampingku. Salah satu dahannya patah, entah sengaja dipotong atau patah karena suatu hal. Tercoret warna-warni dan paku menancap tubuhnya.Â
Tubuhnya terluka namun ia tetap bisa berdiri menatapku dengan pilu.Â
Hi, bu pohon. Seandainya ada 1 harapan yang ingin kau sampaikan. Bisakah kau bisikan padaku?Â
Ibu pohon tersenyum kecil padaku. Semut hitam kecil yang berjalan di batang pun ikut tersenyum memandangku
"Aku ingin berdamai dengan keadaan". Bisik ibu pohon padaku
Aku ingin tahu lebih dalam namun bibirku terasa kelu bertanya.Â
Ibu pohon kembali berbisik padaku, bisakah aku melihat fajar esok hari ketika temanku hilang satu persatu. Akar ini memang kuat, namun tubuhku tak sekuat itu.Â
Mampukah aku hidup 100 tahun lagi ketika tanah tempatku berdiri hilang terganti gedung megah.Â