Sebuah topik pembicaraan menarik tiba-tiba terlontar dari teman saya,Â
"Tau gak, dulu saat menikah. Saya tidak terlalu mencintai istri saya"
Respon saya mendengar pembicaraan ini cukup kaget. Teman saya ini begitu terang-terangan menceritakan masa lalunya apalagi terkait perasaan pada pasangannya.Â
Usut punya usut ternyata dirinya dijodohkan oleh keluarganya karena dirinya menyerah mengenalkan beberapa calon namun ditentang keluarga besar.Â
Saya mulai memahami perasaan saat itu apalagi dirinya sudah stress usia sudah tidak muda lagi namun belum menikah. Akhirnya dirinya menerima perjodohan tersebut dan kini usia pernikahan telah berjalan 6 tahun.Â
Saya teringat juga dengan kisah sahabat di masa kuliah. Sahabat saya ini perempuan cerdas yang seringkali galau terkait urusan percintaan.Â
Sahabat saya ini sempat menolak ajakan untuk berpacaran dari kawan di jurusannya. Sahabat saya menolak berulang kali karena bukan kriterianya.Â
Namun karena satu momen dirinya stres diputusin oleh pacarnya. Ia akhirnya menerima "tembakan" kawannya yang kesekian kali hanya untuk melupakan kegalauan semata.Â
Hal luar biasa justru kisah cibta sahabat saya serta kawannya ini tetap bertahan bahkan telah menikah dan memiliki anak.Â
Ini tandanya bahwa urusan hati itu tidak bisa ditebak. Belajar dari dua kejadian tersebut, cinta bisa tumbuh seiring waktu meski diawal sebenarnya tidak ada rasa cinta.Â
Saya tertarik mencari tahu bagaimana mereka bisa membuka hati dan mencintai pasangan yang semula kurang disukai.Â