Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pentingnya Mental "Siap Menang, Siap Kalah" dalam Diri Peserta Kompetisi

7 September 2021   10:46 Diperbarui: 7 September 2021   13:14 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal mirip juga terjadi di Garut, seorang pria mengamuk dan menganiaya imam masjid di daerahnya. Pria ini diduga stress dan mengalami gangguan jiwa setelah gagal menjuarai kompetisi Dai Muda yang sempat disiarkan di salah satu TV Nasional (berita selengkapnya klik disini). 

Belajar pada kasus-kasus seperti di atas saya menilai bahwa pentingnya juga menanamkan mental Siap Kalah ketika ikut berkompetisi atau dalam sebuah ajang. 

Kesalahan mendasar adalah seseorang terlalu menekankan diri untuk jadi Juara sehingga berusaha menghilangkan istilah Kalah pada dirinya. Ada beberapa faktor penyebabnya. 

1. Kalah dianggap Pecundang (Loser)

Pandangan ini kerapkali berkembang di masyarakat. Menang adalah Juara dan Kalah adalah Pecundang. Pandangan inilah yang membuat orang tidak siap jika di posisi kalah. 

Ekspresi Menang dan Kalah dalam Kompetisi Catur. Sumber Suara.com
Ekspresi Menang dan Kalah dalam Kompetisi Catur. Sumber Suara.com

Ketakutan dianggap pecundang atau dalam istilah lebih kasar "sampah" membuat mereka berbuat apapun untuk menang. Bahkan ketika ternyata kalah, mereka bisa menyampaikan protes sebagai bentuk perlawanan atau kekecewaan. 

Jika di barat istilah loser acapkali terlontar dari seseorang yang berhasil menggunguli orang lain seperti "I'm the Winner, You're a Loser" atau pelabelan khusus kepada pihak yang kalah. 

Namun kita hidup di Indonesia yang kuat dengan budaya timur dimana sikap legowo masih cukup kuat. Seandainya sikap legowo diajarkan pada generasi muda, istilah loser atau pecundang tidak akan terlalu mengakar di masyarakat kita. 

2. Didikan Harus Jadi yang Terbaik

Tidak sedikit orang tua yang mendidik anaknya menjadi yang terbaik. Ini tidak salah karena orang tua pasti berharap anaknya menjadi unggul, spesial, dan menjadi yang terbaik. Alhasil segala upaya akan dilakukan agar si anak menjadi yang terbaik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun