Siapa diantara Sobat Kompasiana yang belum pernah melihat atraksi sirkus sampai saat ini?Â
Jika saya bertanya langsung, ada keyakinan akan banyak yang mengancungkan tangan tanda belum pernah.Â
Saya pun baru sekali menonton atraksi sirkus dan itupun saat Sekolah Dasar (SD) sekitar tahun 1999. Artinya nyaris 22 tahun yang lalu karena kebetulan saat itu ada kelompok sirkus yang atraksi di daerah saya.Â
Saya ingat betul kelucuan, keseruan, ketegangan dan keterpukauan saya menonton sirkus secara langsung.Â
Lucu karena melihat badut yang saling bercanda dan mengerjai pemain badut lainnya. Seru karena melihat pemain badut saling menangkap pemain yang dilempar melalui untasan tali. Merasa tegang ketika pemain sirkus beratraksi dengan hewan liar seperti gajah dan singa serta terpukau karena atraksi anjing kecil yang lincah dan pintar melakukan instruksi yang diberikan.Â
Nyatanya pandemi ini juga ikut berdampak pada nasib pemain sirkus dan hewan atraksi. Bagaimana tidak, atraksi sirkus menjadi kegiatan dilarang pentas karena rawan menjadi cluster penularan virus.Â
Alasan cukup beragam seperti banyak pengunjung, menciptakan atraksi antara pemain sirkus dengan penonton serta lokasi atraksi yang berpindah-pindah.Â
Kini setelah 1,5 tahun bergulat dengan pandemi, karir pemain sirkus ibarat ikan di sungai yang mengering. Sungai mengering tentu bukanlah tempat yang aman dan nyaman bagi si ikan.Â
Ikan yang tidak bisa beradaptasi akan mati dan ikan yang bertahan pun berharap hujan akan segera datang agar sungai kembali terisi air sehingga ia bisa hidup lebih panjang.
Apa saja yang membuat ancaman terhadap karir pemain sirkus saat ini?Â
1. Aturan Selama Pandemi