Pandemi ini menjadi salah satu masa terberat bagi banyak orang. Salah satunya Warti, usia sekitar 25 tahunan yang harus dirumahkan sebagai karyawan dari pabrik tekstil tahun lalu.Â
Dirinya sempat mengalami depresi karena berhenti kerja secara tiba-tiba. Padahal selama ini dirinya sudah nyaman bekerja di pabrik tersebut selama bertahun-tahun. Nyatanya finansial perusahaan ikut terganggu karena pandemi dan PHK massal menjadi salah satu cara untuk menyehatkan finansial dan menekan pengeluaran.Â
Butuh berbulan-bulan hingga akhirnya Warti menemukan semangat baru. Ketika perekenomian mulai beranjak normal dimana mall, restoran, bioskop hingga tempat wisata dibuka. Warti bisa kembali bekerja penjaga stand minuman franchise di sebuah Mall elit.Â
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro darurat di Jawa dan Bali yang diberlakukan mulai tanggal 3 sampai dengan 20 Juli 2021 seakan menjadi hantaman keras bagi Warti.Â
Aturan yang memberlakukan pembatasan tersebut membuat Mall tempat usahanya harus tutup sementara waktu. Jika Mall tutup maka artinya stand usaha pun harus tutup. Ketika dia tidak bekerja maka pemilik usaha pun tidak bisa membayar gaji Warti.
Kesepakatan antara dirinya dengan pemilik usaha minuman adalah sistem gaji Warti akan dihitung berdasarkan jumlah kehadiran dan dibayarkan sistem rapelan mingguan. Ketika masa PPKM darurat diberlakukan dan tempat usaha tutup, Warti terancam tidak mendapatkan gaji/pemasukan untuk memenuhi kebutuhannya.
Apa yang menimpa Warti juga banyak dirasakan oleh orang disekitar kita. Upaya bangkit dari keterpurukan namun harus menelan pahit kembali harus jatuh dikondisi yang sama.Â
Apakah Berpotensi Menyebabkan Stres/Depresi?Â
Saya jawab sangat berpeluang besar kondisi ini menyebabkan stress dan depresi. Saya pun akan mengalami hal tersebut jika berada di posisi Warti. Apalagi jika kita adalah tulang punggung keluarga yang harus membiayai hidup banyak orang.Â
Beras dan gas habis, besok harus makan apa? Bagaimana dengan uang kontrakan/kos bulan depan? Bagaimana memenuhi kebutuhan anak-anak apalagi yang berusia masih Balita? Sampai kapan akan menghadapi situasi seperti ini dan sebagainya.Â