Peribahasa ini acapkali kita pelajari saat duduk di bangku sekolah dasar. Seperti Kerbau Dicucuk Hidungnya memberikan arti bahwa seseorang terlalu menurut terhadap kehendak orang lain dan menunjukkan ketidakberdayaan sehingga patuh terhadap instruksi dari oramg lain.
Ketika generasi muda memilih menghindari diri dari ranah politik justru membuat mereka kurang peka terhadap masalah gejolak politik di sekitarnya.Â
Kasus di Korea Utara dapat menjadi contoh sederhana. Masyarakat di Korut memiliki pemahaman politik yang lemah. Ini selain karena rendahnya latar pendidikan masyarakatnya juga dipengaruhi kuatnya pengaruh pemimpin dalam mengatur sosial, ekonomi, dan mindset warganya.Â
Dari cerita beberapa warga Korut yang memilih mengungsi ke negara lain menceritakan bahwa pikiran warga Korut telah di-setting sedemikian rupa dengan menganggap bahwa negaranya adalah yang paling maju di dunia, pemimpinnya adalah sosok yang harus dihormati dan disaat ada pemilihan umum, warga wajib memilih pemimpin saat ini jika tidak maka akan menerima hukuman.Â
Kasus seperti ini juga terjadi di negara dengan pemimpin otoriter dimana penguasa akan mengatur segala hal dan membatasi pihak lain yang menjadi ancaman. Bahkan jika adapun berbagai partai politik, masyarakatseakan diarahkan untuk memilih partai polituk pemimpin yang berkuasa saat itu.Â
Tidak heran jika peribahasa seperti kerbau dicucuk hidungnya menjadi represwntasi bagi masyarakat yang tidak berdaya terhadap pemimpin. Faktor masyarakat khususnya generasi muda buta akan politik membuat mereka lemah dan tidak mampu menjadi agen perubahan bagi negaranya.Â
2. Buta Politik Bisa Seperti Ayam Kehilangan Induk
Kisah di negara tetangga dimana warganya merasa kehilangan ketika pemimpinnya meninggal dunia. Mereka seakan tidak rela kehilangan pemimpin yang sudah berpuluh-puluh tahun berkuasa di negara tersebut.Â
Warga merasa tidak ada sosok lain yang bisa menggantikan pemimpin mereka. Apalagisang putra yang disiapkan sebagai penerus dianggap tidak memiliki kharisma seperti ayahnya.Â
Alhasil warga kecewa dan sempat terjadi demo besar-besaran berharap adanya demokrasi dalam menentukan pemimpin. Kasus ini juga terjadi di beberapa negara yang menganut sistem monarki atau pemerintahan secara turun-temurun.Â
Seandainya masyarakat dan generasi muda paham tentang politik dan terbiasa menerapkan asas demokrasi rasanya tidak akan susah menentukan pemimpin. Ini karena mereka terbiasa menentukan pemimpin dalam periode tertentu.Â