2. Tumpuan Keluarga
Kondisi seperti curhatan video yang saya lihat di sosial media seakan menggambarkan beratnya beban anak sulung yang harus menjadi tumpuan keluarga.Â
Mereka yang hidup pas-pasan dengan memiliki anggota keluarga yang besar maka mau tidak mau anak sulung memiliki tanggung jawab untuk bisa membantu perekonomian dan siap menjadi tumpuan keluarga.Â
Banyak sekali kasus dimana seorang kakak rela putus sekolah agar bisa kerja untuk membiayai kehidupan dan sekolah adik-adiknya. Ada yang mengubur cita-citanya agar adik-adiknya bisa menggapai mimpinya.Â
Kisah seorang anak sulung laki-laki berusia 16 tahun di Palangkaraya, Kalimantan Tengah yang harus merawat dan membesarkan 2 adiknya yang berusia 11 dan 5 tahun karena kedua orang tua telah meninggal dunia.
Perjuangan kakak yang harus putus sekolah dan bekerja serabutan agar mereka bisa bertahan hidup adalah gambar bahwa anak sulung harus siap menjadi tumpuan bagi keluarga ditengah kondisi terberat sekalipun (kisah selengkapnya klik disini).Â
Sejujurnya saya mudah tersentuh oleh kisah kakak yang rela menjadi tulang punggung atau tumpuan keluarga. Kondisi ini tentu membutuhkan rasa keikhlasan yang besar, paham akan tanggungjawab serta mental yang kuat.
Mereka rela mengorbankan kebahagian atau masa depan demi keluarga atau adik-adiknya. Kakak yang memiliki karakter ini pastilah akan menjadi kakak panutan bagi adik-adiknya.Â
3. Sasaran Kesalahan
Saya sering melihat ketika adiknya menangis saat bermain dengan si kakak. Orang tua akan langsung memarahi si kakak karena membuat si adik menangis. Padahal nyatanya belum tentu adiknya menangis karena kesalahan dirinya.Â
Orang tua masih terjebak stigma bahwa kakak harus bisa menjaga adiknya. Ketika si adik mengalami suatu kejadian baik sengaja ataupun tidak, orang tua akan langsung menyalahkan si anak sulung.Â