Secara tidak sengaja saya membuka topik pembicaraan yang sedikit nyeleneh saat reuni bersama teman ketika asik mengobrol sambil makan di salah satu kuliner di Cibubur.Â
"Asik ya kalau suami kerja di Pertamina, Istri di Bank Indonesia. Pasti mereka hidup sejahtera karena kerja di BUMN yang memiliki gaji dan tunjangan tinggi," begitulah pembicaraan yang ku mulai saat itu
Temanku memberikan respon yang bagus sekali.
"Belum tentu. Jika mereka tidak melek finansial. Bisa jadi mereka tidak punya inventaris masa depan meski kerja di tempat dengan gaji fantastis."
Dirinya memberikan contoh atasannya yang memiliki gaji besar, namun hingga saat ini belum memiliki rumah. Gaya hidup atasannya terbilang eksklusif. Parfum harus bermerk seharga jutaan rupiah. Tas dan sepatu harus branded, makan selalu di mal dan jika nongkrong selalu di Starbucks.Â
Padahal staf yang bergaji lebih kecil mampu mengatur keuangan dan kini telah memiliki rumah idaman serta tabungan untuk masa tua.Â
Wow, kisah ini seakan membuka mata dan pikiran saya bahwa melek finansial itu penting. Sudah naluri manusia yang selalu tidak puas dan berusaha menentukan standar hidup. Semakin meningkat penghasilan yang dimiliki justru berbanding lurus dengan kebutuhan dan pemenuhan gaya hidup.
Ada yang menggunakan penghasilan yang tinggi untuk membeli barang branded, liburan setiap waktu, membeli mobil, clubbing atau kegiatan lainnya. Jangan kaget jika meski berpenghasilan tinggi ternyata sebanding dengan pengeluaran yang tinggi pula.
Alhasil penghasilan hanya sekadar lewat saja. Ini sering terjadi di sekitar kita atau bahkan kita sendiri yang mengalami secara langsung.Â
Kenapa kita harus melek finansial dini sedari dini?Â