Beberapa saat lalu saya terkesima dengan salah satu artikel dari Sobat Kompasianer Bapak Mawan Sidarta melalui tulisannya yang berjudul "Duhai Admin, Yuk Gantian Menerima Challenge dari Saya". Artikel selengkapnya bisa dibaca disini.Â
Bapak Mawan berkeluh kesah tentang rewards yang diterimanya bulan Maret diluar ekspetasi yaitu hanya sebesar Rp. 35.649,- Padahal dirinya sudah berusaha keras mengeluarkan kisah, gagasan dan pengalaman melalui puluhan artikel di bulan Maret.
Saya menyadari ada rasa kecewa dimana usahanya yang sudah meluangkan waktu dan pikiran untuk menghiasi platform Kompasiana dengan pemikirannya selama sebulan penuh namun yang didapat diluar ekspetasi nya. Sejatinya sah-sah saja Kompasianer menyampaikan uneg-uneg atau keluh kesah melalui tulisan di Kompasiana toh Kompasiana terbuka bagi siapa saja selama tulisan tidak bernuansa negatif, menyinggung SARA, ataupun melanggar ketentuan yang disyaratkan admin Kompasiana.Â
Tanpa saya sadari tulisan Bapak Mawan seakan mewakili juga apa yang saya rasakan. Rewards Bulan Maret yang saya Terima sebesar Rp. 150.241 dengan total keterbacaan sebanyak 9.616 pagwviews dan menempati peringkat ke-45 dalam list penerima rewards Bulan Maret 2021. Dalam kasus ini saya sedikit beruntung dari Bapak Mawan. Hehe bercanda pak.Â
Nominal rewards yang saya Terima nyatanya mengalami penurunan dari Januari dan Februari. Saya terima lapang dada mengingat artikel saya untuk Maret ternyata lebih kecil yang membaca meskipun artikel yang menjadi Artikel Utama/Headline juga lumayan banyak.Â
Sempat saya curhat ke sahabat saya yang juga penulis di Kompasiana, Novi Setyowati. Wuah bulan ini penghasilanku di Kompasiana menurun dari Februari. Sepenggal chat yang ku sampaikan. Ternyata si Novi juga cerita rewards yang diterima bulan Maret yang diterimanya juga turun berkisar 62ribu rupiah.Â
Padahal tulisan si Novi yang jadi AU lebih banyak dibanding saya bahkan beberapa artikelnya juga lumayan banyak pembaca. Tapi kami berdua nerimo karena jumlah pemberian rewards sudah melalui standar dari si admin.Â
Saya pun paham perasaan Pak Mawan tentang ekspetasi yang didapat tidak sesuai dengan harapan. Ini karena saya pun juga melakukan hal sama. Mencari waktu senggang diantara jam kerja dan kesibukan tugas untuk tetap bisa menulis di Kompasiana. Bahkan tiap pagi saat berangkat ke kantor atau menjelang tidur malam, saya sudah mencari topik dan judul apa yang ingin saya tulis berikutnya. Artinya saya begitu nyaman dan ketagihan menulis di Kompasiana apalagi jika tahu ada artikel yang terpilih jadi AU.Â
Kasus ini justru membuka pikiran saya bahwa ada tebing pemisah yang terlalu tinggi antara nasib blogger dan youtuber.Â