Pertimbangan kedua, waktu untuk keluarga akan ku sediakan. Wahai sangat calon mertua, bayangkan jika aku seorang artis papan atas dengan sejuta kesibukan. Pagi hingga subuh kerja dengan berbagai kegiatan syuting dan undangan televisi. Memang hidup sejahtera namun waktu untuk keluarga hampir tidak ada. Hanya bertemu anak istri sebelum berangkat dan ketika mereka terlelap tidur ketika pulang ke rumah.
Ketika aku seorang pengusaha yang harus bepergian keluar kota atau keluar negeri bertemu klien penting. Selalu sibuk dengan agenda meeting. Jangankan ingat keluarga, makan siang pun bisa jadi terlupakan. Ketika aku mampu memberikan putrimu seribu berlian namun belum tentu ku mampu memberikan kebahagiaan karena waktuku hampir tidak ada bersamanya.Â
Meski aku karyawan kantoran, kelak akan ku pasang wajah istri dan anakku di meja kantor. Menghiasi sudut ruang dan menjadi penyemangat ku ketika bekerja. Setiap akhir pekan akan ku agendakan berbagai acara untuk keluarga. Kami pergi ke tempat wisata yang menarik, mengajak istri shopping pakaian yang disuka atau bermain dengan anak di pekarangan rumah. Pasti suasana keluarga menjadi lebih hidup dan bahagia.Â
Aku membayangkan kelak istriku menyiapkan pakaian kerjaku tiap pagi, memasakkan sarapan ringan untukku dan memberikan pelukan penyemat dikala ku berangkat. Ketika pulang kerja, aku akan terburu-buru pulang ke rumah untuk menyantap masakan istri dan bertemu dengan anak tercinta.Â
Pertimbangan ketiga, jaminan hidup akan terjaga. Tahukah calon mertuaku? Di banyak perusahaan ada yang memberikan tunjangan khusus kepada karyawan seperti tunjangan anak-istri. Ada yang memberikan asuransi kesehatan untuk anak-istri dari si karyawan. Ketika terjadi sesuatu dengan keluargaku, akan ada perusahaan yang memback up hal ini. Tunjangan pensiun pun sudah dipersiapkan sehingga tidak perlu takut bila nanti usiaku dan putrimu menua. Kami masih bisa hidup dengan layak.Â
Seandainya calon menantimu adalah pengusaha yang seketika usahanya bangkrut. Bisa jadi kehidupan yang awalnya sejahtera akan berubah menjadi nestapa. Banyak sekali pengusaha bangkrut yang bahkan untuk membeli beras pun tak sanggup. Banyak sekali perceraian terjadi ketika ada perubahan kondisi ekonomi seperti ini. Apakah hal ini sudah engkau pertimbangkan wahai calon mertua?Â
Wahai Calon Mertuaku,Â
Calon menantumu ini hanyalah karyawan kantoran. Masih bersediakah kalian menerimaku sebagai calon menantu? Percayalah karyawan kantoran ini akan bisa sukses dan membahagiakan putrimu dan juga mertuaku kelak.Â
Ingatlah pengusaha yang kaya belum tentu bisa memberikan kebahagian atau mereka yang terkenal layaknya artis mungkin akan menomorkan duakan putrimu. Berikan kesempatan bagi diriku ini yang hanya karyawan kantoran untuk menjadi imam bagi putrimu. Dengan kesederhanaan ku saat ini dan diiringi doa putrimu bisa jadi aku akan sukses dalam karir dan membangun rumah tangga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H