Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Ada "Penjajahan" dalam Dunia Pendidikan Indonesia?

16 Februari 2021   11:34 Diperbarui: 16 Februari 2021   12:04 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya teringat saat kuliah di semester 1, seorang dosen memberikan pertanyaan kepada kami mahasiswanya tentang gambaran pendidikan di Indonesia. Seorang teman kuliah saya diminta untuk menyampaikan pendapatnya. 

"Bagi saya anak SMA dari kelas IPA ibarat penjajah dalam dunia pendidikan". Kurang lebih seperti itu pendapat teman saya. 

Jujur seisi kelas dan dosen langsung terperajat mendengar pendapat teman saya ini. Kok bisa anak IPA dianggap sebagai penjajah? Teman saya memberikan contoh kasus sederhana. 

Saat mendaftar jurusan kuliah, anak SMA lulusan IPA bisa bebas mendaftar di semua jurusan. Anak IPA bisa ambil ekonomi, jurusan sastra bahasa, hukum dan ranah keilmuan lain. Tapi anak IPS atau Bahasa tidak bisa ambil jurusan keilmuan eksakta seperti kedokteran, farmasi, atau teknik. 

Mendengar hal tersebut seakan teman saya memberikan tamparan keras bagi pendidikan di Indonesia. Jujur setelah dipikir kembali, pendapat teman saya cukup beralasan. Buktinya saya yang dulu berasal dari SMA jurusan IPA bisa dengan mudah diterima di jurusan Hubungan Internasional yang merupakan ranah ilmu sosial. 

Saya menganalisa mengapa teman saya mengganggap ada istilah penjajahan dalam dunia pendidikan? 

1. Persaingan dalam Memperebutkan Kursi Pendidikan

Jika kita mau berpikir obyektif rasanya memang terjadi ketidakadilan dalam memperebutkan kursi pendidikan khususnya saat melanjutkan kuliah. Jika anak IPA melanjutkan kuliah di jurusan IPA misalkan Fakultas Kedokteran maka dirinya hanya bersaing dengan rekan sesama lulusan IPA. 

Bandingkan dengan jurusan Ilmu Komunikasi atau ilmu Administrasi yang merupakan ranah ilmu sosial. Untuk mendapatkan kursi diterima, calon mahasiswa harus berebut dengan calon mahasiswa dari SMA IPS, SMA IPA, SMK, ataupun MA. Artinya bisa saja calon mahasiswa yang diterima di ranah ilmu sosial bisa di dominasi oleh mereka yang dulunya tidak mengambil jurusan IPS saat SMA. 

Persaingan di ranah ilmu sosial tentu semakin ketat karena akan banyak yang mendaftar untuk memperebutkan kursi yang terbatas. Artinya sangat mungkin terjadi anak IPS akan terpental kalah bersaing dengan anak lulusan SMA atau lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun