Ada pengalaman yang tidak terlupakan pada Natal 2019. Saat itu saya menyempatkan diri pulang ke Bali saat libur Natal dan Tahun Baru. Keluarga besar memang tinggal di Kota Denpasar dan saya sejak merantau kuliah dan bekerja di Jawa memang agak jarang pulang ke Bali. Setahun bisa sekali atau 2 kali saja. Namun tahun 2019 kemarin saya hanya bisa pulang ke rumah orang tua di Bali saat liburan Natal karena terkendala rutinitas yang padat.
Ketika saya pulang ke Bali, kegiatan rutinitas adalah berbelanja di mini market dekat rumah. Biasanya ketika keluarga besar saya tahu saya lagi di Bali. Mereka akan sempatkan ke rumah, apalagi adik sepupu saya paling bersemangat ke rumah jika saya pulang ke Bali. Apalagi saya pulang sekaligus merayakan Natal di rumah maka tradisi kumpul untuk dapat "angpao" natal sudah menjadi kewajiban.
Suatu ketika saya berinisiatif membeli kebutuhan cemilan di minimarket dekat rumah. Awalnya tidak ada yang aneh ketika berbelanja. Namun ketika mengantri di kasir, saya melihat para pembeli mengeluarkan tas kain dan memasukan barang belanjaan ke dalam tas yang dibawa.
"Oh, mereka mungkin kebetulan bawa tas jadi ga perlu pakai plastik atau pakai plastik dipungut biaya jadi mereka pilih pakai tas sendiri". Saya masih berpikir bukan sesuatu yang aneh karena selama ini di Jakarta atau Surabaya banyak minimarket atau supermarket yang memberikan biaya tambahan bagi pembeli yang ingin menggunakan plastik.
Ketika giliran saya bertransaksi. Barang yang sudah di barcode dikesampingkan oleh kasir. Membayar nominal yang muncul di layar kasir kemudian saya melihat kok barang saya tidak dibungkus.
"Sing maan plastik, gek? (Ga dapat plastik, mbak?)" Tanyaku
"Ampura bli. Jani melanja sing maan plastik. (Maaf mas. Sekarang belanja tidak dapat plastik)". Kata kasirnya.Â
Saya pun kaget, masa tidak dapat plastik. Setidaknya jika harus bayar, gak masalah lah. Ini saya bungkus pakai apa, pikir saya dalam hati
"Bli, niki wenten tas kain hargane Telung tali anggon bungkus barang belanjaan bli (Mas, ini ada tas kain harganya tiga ribu untuk bungkus belanjaan mas)". Kata kasir menunjukkan tas kain yang sebelumnya saya liat dipakai pembeli di depan saya.
Saya syok aja masa minimarket tidak menyediakan kain plastik sebagai pembungkus. Disuruh bayar Rp. 200 hingga Rp. 500 pun bagi saya tidak masalah. Namun kenyataannya di minimarket tersebut memang tidak tersedia kantong plastik dan hanya menyedikan pembelian berupa Tas belanja kain. Ini berlaku untuk semua minimarket atau pusat perbelanjaan di Denpasar.