Terakhir ada demam drama Korea yang kini semakin kuat di masyarakat Indonesia. Kuatnya pengaruh Korea di Indonesia tidak terlepas dengan berhasilnya Korea menciptakan boysband dan girlsband yang menciptakan tarian dan lagu hits sehingga masyarakat dunia mulai melirik terhadap budaya modern tersebut. Tidak heran kuatnya pengaruh budaya Korea juga berhasil membuat sebagian kalangan entertain di Indonesia mengadopsi hal serupa dengan hadirnya boysband/girlsband dengan konsep yang mirip serta serial tv yang mengadopsi serial K-Drama ataupun reality show Korea .
Saya ingat semasa kuliah ada reality show Running Man dari Korea yang begitu populer. Saya sempat menonton reality show ini dan memang menghibur dengan konsep permainan serta aksi kocak dari anggota dan bintang tamunya. K-Drama seperti Jewel In the Palace, Endless Love, Full House, Boys Before Flowers, My Love From the Star ataupun The World of Marriage yang kemarin sempat viral dengan rating K-Drama tertinggi saat ini.
Setelah kita memutar ulang kenangan berbagai acara asing yang populer di tanah air. Saya mendapatkan satu garis yang sama yaitu serial/film asing memiliki peluang besar untuk menciptakan penyebaran budaya (culture spread) ke negara lain. Mari kita lihat penyebaran budaya apa saja yang terjadi dan muncul akibat popularitas film/serial asing di Indonesia.
- Telenovela dari America Latin telah membuat pandangan bahwa memiliki rambut pirang terlihat cantik. Kini banyak para wanita yang ingin memiliki rambut pirang layaknya para wanita di negara latin.
- Popularitas film dan serial India telah melahirkan banyak fanbase India. Bahkan banyak lirik lagu dangdut yang nadanya mirip dengan lagu yang populer di India. Tidak hanya itu mulai banyak bermunculan kursus menari ala Bollywood di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
- Kemunculan adegan film Mandarin menciptakan cara pandang baru seperti terkena totokan di tubuh maka tubuh akan diam seperti patung, vampir itu berjalan dengan melompat serta hantu takut akan sinar matahari.
- Anime dan Kartun Jepang berhasil menciptakan budaya Cosplay yaitu meniru cara berpakaian dan sifat dengan menyesuaikan karakter pada film animasi, komik (manga), maupun video games. Istilah Cosplay berasal dari gabungan 2 kata dalam bahasa Inggris, Costum and Play.Â
- Â K-Drama telah memberikan pengaruh besar terhadap musik tanah air dengan lahirnya boysband dan girlsband yang tidak hanya mengandalkan nyanyian dan juga koreografi.
Sinetron Indonesia sepertinya butuh perjuangan ekstra jika ingin memiliki pengaruh besar dalam pertelevisian diluar negeri. Kendala terbesar terletak pada 2 hal yaitu jalan cerita kurang matang serta akting pemain standar.
Jalan cerita kurang matang dikarenakan sinetron Indonesia seakan tidak punya konsisten mau dibawa kemana alur ceritanya. Contoh Jewel in The Palace dari K-Drama. Meskipun drama ini memiliki banyak episode namun penonton mampu menangkap alur cerita dan konsistensi dari drama tersebut yaitu dari karakter utama kecil hingga dewasa dan bagaimana perjuangannya untuk masuk di kalangan istana dan menunjukkan keterampilannya dalam memasak dan pengobatan.
Sinetron Indonesia contohnya Tersanjung dengan adanya 7 musim dan ditayangkan dari 1998-2005. Selama 7 tahun diputarkan di salah satu TV Nasional. Saya tidak ingat betul jalan ceritanya terkecuali sosok Indah yang muncul dari awal hingga akhir musim. (Nenek Buyut hingga Cicit sepertinya juga bernama Indah).
Sinetron Indonesia terkesan mementingkan rating dibanding jalan cerita. Selagi rating masih tinggi dan banyak peminat maka akan dibuatkan cerita bermusim-musim meskipun alur cerita terkesan muter. Bila dibandingkan dengan serial Jepang ataupun Korea umumnya mereka fokus pada 1 alur cerita sehingga rata-rata serial dari negara ini memiliki jumlah episode yang tidak banyak. Bahkan serial Jepang umumnya dibawah 20 episode dan Korea dibawah 30 episode. Berbanding terbalik dengan sinetron Indonesia yang bisa mencapai ribuan episode.
Hal unik lainnya, saya pernah membaca artikel dimana para penulis naskah sinetron Indonesia yang menerapkan sistem kebut tayang baru. Penulis baru menyelesaikan naskah H-beberapa jam sebelum syuting di mulai. Sudah pasti jalan cerita kurang matang dari ide. Berbeda dengan serial Jepang atau Korea dimana naskah harus sudah selesai dibuat dari episode pertama hingga terakhir sehingga alur cerita menjadi matang sebelum berujung pada proses syuting.
Saya teringat adegan pemain akan ditabrak oleh mobil yang tidak sengaja melintas. Mobil tersebut secara logika masih jauh namun ekspresi pemain terkejut seakan ditampilkan hingga bermenit-menit kemudian bersambung. Padahal secara logika, jarak yang masih jauh masih cukup waktu untuk menghindar. Kemudian adegan di rumah sakit tapi setting tempat seperti di dalam rumah atau lorong sekolah seakan kru tidak punya waktu untuk menyiapkan sesuai dengan jalan cerita. Cidera kepala namun cukup dipasang perban, dilingkari disepanjang kepala dengan cairan merah tanda luka sudah cukup meyakinkan penonton Indonesia.Â
Tantangan lainnya adalah sinetron Indonesia banyak diisi oleh pemain dengan akting standar. Sudah rahasia umum jika dunia entertain di Indonesia lebih mudah menerima mereka yang berparas menarik ataupun ada keturunan bule/campuran dibandingkan mereka yang memang memiliki bakat akting. Sekalipun yang berbakat akting namun wajah biasa saja pasti akan ditempatkan pada tokoh figuran. Ini karena sinetron Indonesia berusaha menarik penonton dari sisi pemain.
Jangan heran jika pemain sinetron yang tampangnya cakep dan cantik tapi aktingnya terkesan dibawah standar. Akting menangis dengan bantuan tetes mata, terjatuh tapi gak natural, ekspresi marah yang berlebihan dan sebagainya. Diluar negeri, akting pemain sangat diperhatikan. Di Korea bahkan banyak orang depresi karena tidak pernah lolos casting meskipun dari sisi paras harusnya berpeluang untuk lolos. Ini menandakan bahwa mereka tetap mencari sosok yang sesuai dengan karakter di film/serial.