Bagi sobat Kompasiana yang pernah merasakan bangku kuliah pasti menemukan berbagai macam karakter mahasiswa dalam menghabiskan masa-masa kuliahnya. Semasa kuliah, saya seringkali membuat beberapa istilah untuk menggambarkan karakter teman-teman semasa kuliahnya. Istilah "Kupu-Kupu" alias Kuliah-Pulang Kuliah-Pulang sangat populer dan sudah familiar di kalangan mahasiswa dimana menggambarkan karakter mahasiswa yang setelah aktivitas kuliah langsung menghabiskan waktu di rumah/kosan. Selain itu ada pula istilah "Kura-Kura" alias Kuliah-Rapat Kuliah-Rapat yang mencerminkan sosok mahasiswa yang gemar beraktifitas dalam organisasi kemahasiswaan ataupun kepanitian sebuah acara di kampus.Â
Selain kedua istilah tersebut, saya punya istilah mahasiswa "Kutu" yaitu Kuliah-Tugas yang setelah kuliah berakhir langsung berkutik untuk mengerjakan tugas baik personal ataupun kelompok dan terakhir adalah mahasiswa Hedon yang menghabiskan sisa waktu setelah pelajaran kuliah dengan kegiatan konsumtif seperti nongkrong di cafe, nonton di bioskop, belanja di mall, dll.
Sadar atau tidak setiap karakter tersebut juga dapat mempengaruhi bagaimana dirimu beradaptasi dalam dunia kerja. Saya suka mengamati teman kerja ataupun teman kuliah yang tengah meniti karir dan akhirnya memunculkan gambaran sederhana bagaimana karakter semasa kuliah ikut membangun personal diri selama bekerja.Â
Saya tertarik untuk mengamati seseorang dengan karakter Kura-Kura semasa kuliahnya dan bagaimana dirinya mampu mencapai titik yang baik dalam karirnya. Semasa kuliah, saya cenderung mengganggap diri saya memiliki karakter mahasiswa Kura-Kura dimana setiap ada organisasi/kepanitian yang saya anggap menarik, pasti akan saya ikuti. Oleh karena itulah, setahun belakangan ini saya melakukan pengamatan sederhana kepada teman-teman saya tentang seberapa besar pengalaman organisasi/kepanitian semasa kuliah ikut mempengaruhi karir mereka?
Hal yang menarik bahwa berdasarkan hasil pengamatan saya (berdasarkan riset terhadap teman-teman angkatan sama yang saya kenal aktif berorganisasi/kuliah) justru lebih cepat diterima kerja dibandingkan teman yang lain dan memiliki karir yang baik saat sudah bekerja. Mengapa hal itu terjadi?
1. Mereka memiliki kemampuan Leadership yang baik
Tidak dipungkiri bahwa salah satu manfaat terlibat dalam organisasi/kepanitian adalah kita dapat mengasah kemampuan diri seperti leadership skill. Keterampilan ini muncul karena pengalaman dan waktu sehingga sangat jarang seseorang memiliki jiwa kepemimpinan yang baik muncul secara tiba-tiba. Mereka akan bangga mencantumkan pengalaman organisasi/kepanitian pada CV dan bagaimana mereka berkontribusi pada kegiatan tersebut.Â
HRD di tempat saya bekerja bercerita bahwa seseorang yang memiliki pengalaman organisasi/kepanitiaan akan memiliki aura sendiri saat melakukan sesi interview. Ketika ada pertanyaan, apa aktivitasmu selama kuliah? mereka akan bersemangat menceritakan pengalaman mereka seperti apa posisi/jabatan dirinya saat itu, apa tanggung jawabnya, bagaimana kontribusinya selama aktivitas itu dan bisa menjelaskan jalan keluar bila ada kendala yang dihadapi saat organisasi/panitia. Hal ini berbanding terbalik dengan kandidat lainnya yang minim pengalaman. Mereka cenderung pemalu dan justru menceritakan hal-hal konvensional.Â
Ketika sobat berada diposisi harus memilih dari 2 kandidat dimana kandidat pertama memiliki Indeks Prestasi (IP) yang biasa saja namun kaya akan pengalaman sedangkan kandidat kedua memiliki IP sangat baik namun minim pengalaman. Manakah yang kalian akan prioritaskan? Kondisi inilah yang membuat saya menyadari bahwa ketika pernah berada diposisi sebagai ketua umum atau setidaknya ketua divisi pada sebuah organisasi/kepanitian maka kita sudah punya pengalaman mengatur beberapa orang untuk mewujudkan visi dan misi yang disepakati serta terbiasa menghadapi kondisi sulit baik yang muncul dari internal maupun eksternal. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki maka semakin kaya pula kemampuan leadership yang kita miliki. Ini modal utama yang dapat dijual saat seleksi kerja.