Mohon tunggu...
Indra Cahyani
Indra Cahyani Mohon Tunggu... -

Photographer and Writter Wanna Be! :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Numb

15 Oktober 2013   09:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:31 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Jerseymu masih dibawa Mbak Lasa. Udah jadi.”
“Ntar, kalo ketemu aku bilang sendiri.”
Setelah percakapan pendek, aku kembali berkutat dengan novelnya Sujiwo Tejo. Melanjutkan berjuta aksara yang dirangkai agar menjadi untaian kata-kata yang indah. Jujur, tak mudah memahaminya. Maklum, sedang banyak pikiran.
Aku melihatmu tadi. Aku melihatnya sendiri. Walau tak dengan sempurna mata, tapi aku tetap dapat merasa. Tak kuungkapkan, tapi aku tahu. Kamu, anak bersepatu piero yang sudah dekat denganku mulai Agustus tahun lalu. Kamu menyodorkan android lawasmu. Dan aku mulai melihat isi didalamnya. Aku nggak kaget dengan tatananmu tadi pagi, tapi kamu terlihat lebih rapi. Entah, mungkin untuk sang perempuan.
“Fotomu yang ini bagus. Karismanya ada..”
Aku dibawah, kamu diatas. Aku dibawah, kamu juga dibawah. Aku dibawah dan aku diam. Mendekat akrab, sama seperti yang dilakukan dua orang yang berbeda terhadapku dulu. Disebelahku, ada orang lain, yang bukan siapa-siapa tapi peduli. Akrab juga, tapi tak seakrab dengan si anak bersepatu piero.
Aku ditengah mereka berdua. Aku sedang memainkan android bersama empunya.
“Eh, kamu yang buat tugas itu ya?” ada anak dari kelas lain menghampiriku.
“Iya, kenapa?”
“Aku minta softcopy-nya, aku belum buat. Nanti aku edit sendiri.”
“Sorry bro, aku nggak berani. Itu aku buat bareng. Minta gitu aja enak ya?”
“Ayolah plis! Kelompokku males semua...”
Aku tahu dia, tapi nggak kenal secara dalam. Pacarnya kimcil kelas. Si anak bersepatu piero melihat dan nampaknya kaget dengan apa yang dia lihat. Reaksiku. Biarlah, jika itu baik, kenapa tidak?
Kamu masih bersanding disampingku. Dan aku masih memainkan androidmu. Aku tertarik dengan ceritamu tentang perjalananmu dibumi yang dekat dengan awan. Kamu terus saja memaksaku ikut. Jika kamu tahu kondisiku...
Whoops! Ini ceritaku yang ketiga tentang dirimu. Dan diam-diam, ternyata ada orang yang menatapmu malu-malu. Akankah kamu memberikan tatapan balik kepada orang itu? Aku disini, tulus.
Semarang, 23:10.
Saya melihatnya sendiri, dulu-dulu…#NUMB


So tell me, how does it feel
How does it feel to be like you
I think your mouth should be quiet
Cause it never tell the truth

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun