Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Sosok Artikel Utama

Prabowo, Berdebatlah seperti Hadapi Gie!

14 Desember 2023   05:55 Diperbarui: 15 Desember 2023   07:15 2939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis & Sulistio ngawal Sri Bintang Pamungkas, 'Simposium Nasional Angkatan Muda 1990an: Menjawab Tantangan Abad 21', Senat Mhs UI, 1994 (DokPri)

Kelompok ini pudar, setelah Prabowo memilih masuk pendidikan Akademi Militer. Dalam dunia militer, tour of duty seperti ini terjadi di lingkup para sarjana yang langsung jadi perwira, terutama kedokteran, tanpa perlu menempuh pendidikan militer murni selama beberapa tahun. Sejarawan? 

Tak pernah ditawarkan guna menjadi perwira militer seperti dokter, sekalipun tentara kolonial Belanda sangat terkenal dengan catatan harian mereka yang akurat.

&&&

'Mungkin, kalau ia berdiam 2-3 tahun dalam dunia nyata, ia akan berubah' yang dimaksud Gie, terkait waktu kepulangan Prabowo yang 'baru' 2 tahun dari Swiss. Atau bisa jadi, lebih dalam lagi, nalar psikologis yang dijalani Prabowo, yakni berada di luar negeri, kebanyakan di 'Negara Atas Langit', selama menjadi pelarian. Pendidikan menengah Prabowo ditempuh di tiga kota dan negara berbeda: Kuala Lumpur (Malaysia), Zurich (Swiss), dan London (Inggris). Tak ada waktu menjadi romantik.  

Kelompok PSI dikenal sebagai pemikir sejak revolusi kemerdekaan. Kemampuan Prabowo menjadi recruiter sejumlah sarjana dan akademisi guna bergabung ke dalam Pioneer Corps, terbukti dengan kehadiran Gie. 

Walau, Gie sudah 'diasah' sebagai 'pemikir' sejak sejak sekolah menengah pertama, di Kebon Jeruk, Tamansari, Jakarta Kota. Hubungan Gie dengan Soedjatmoko dan Syahrir (Ciil), misalnya, sudah terbangun lama. Begitu juga dengan Kartini, adik Luhut Binsar Panjaitan, istri dari Uda Ciil.

Tokoh-tokoh yang terlibat dalam PRRI atau terkait dengan itu, kemudian ditangkap, ditahan di Penjara Glodok, tidak jauh dari rumah keluarga Gie. Buya HAMKA, Mochtar Lubis, Mohammad Natsir, hingga pemusik 'Ngak Ngik Ngok' Koes Plus, ditahan di penjara yang sudah jadi pertokoan Glodok Plaza itu. 

Penjara Glodok dikenal sebagai penjara paling manusiawi dalam era Presiden Sukarno. Dikelilingi pusat perdagangan, hingga Pecinan Town, sejak era Belanda dan Jepang, hingga Sukarno,  membuat penghuni Penjara Glodok mendapatkan 'asupan' gizi yang baik, termasuk kebutuhan (utama) akan koran sebagai informasi.

Baik Gie, maupun Prabowo, sejak remaja, sudah terlatih dalam berpikir. Gie, tentu lebih mampu 'berjarak' dengan situasi. Peristiwa, hadir dalam bacaan melimpah. 

Prabowo, tentu terbatas dalam mengakses koran-koran yang terbit di Indonesia, selama pelarian. Sumber informasi, apalagi kalau jejaring diplomat, pun pelarian politik lain. 

Informasi yang hadir, sudah bertambah dengan 'selimut' persepsi, politik, juga ideologi. Pilihan yang tersedia, bukan untuk 'berjarak', tetapi sebaliknya, 'terlibat'. Informasi sudah menjadi bagian dari propaganda.

'Ia cepat menangkap persoalan-persoalan dengan cerdas,...' adalah penilaian yang objektif dari Gie terhadap Prabowo. '...tapi naif' juga objektif. Naif yang dimaksud Gie, tentu cara Prabowo menggunakan informasi (persoalan-persoalan) yang ditangkap guna kebutuhan aksi. Developmentalisme yang dibawa Prabowo sudah menjadi ideologi di negara-negara atas angin, usai Perang Dunia II yang hancur-hancuran.

Sementara, pendalaman (konsepsi) atas metode developmentalisme yang dipakai, sudah tentu menjadi kebutuhan para sarjana dan akademisi kampus seperti Gie. 

Bagi Prabowo, jauh lebih penting mengumpulkan sejumlah kaum cendekiawan dengan beragam latar ilmu pengetahuan, ketimbang ia sendiri yang mendalami persoalan demi persoalan yang terhidang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun