Sungguh, mataku sudah terkantuk.
Kuantukkan lagi ke batu karang di meja semediku.
Kucari selarik cahaya,
Ah bukan cahaya, tapi api yang menjalar malam yang basah.
Sungguh, mataku tak ditutupi kacamata, tipis atau tebal, plus, apalagi minus.
Kuperiksa layar android,
Kuseka laman demi laman altar komputer.
Yang ada,
Dadamu membusung,
Matamu menyala,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!