Menjadi penulis pemula di platform seperti Kompasiana adalah perjalanan yang penuh warna, meski penuh tantangan. Di awal perjalanan, semangat menulis biasanya meluap-luap. Setiap ide terasa seperti berlian yang harus segera dituangkan.Â
Namun, setelah beberapa tulisan, banyak penulis mulai menghadapi kendala yang sama: kehabisan ide. Ide-ide yang sebelumnya mengalir deras tiba-tiba mandek.Â
Inspirasi seperti menghilang di tengah jalan, membuat kita hanya menatap layar kosong sambil berharap keajaiban muncul. Rasa frustasi ini sering kali diperburuk oleh tekanan untuk terus aktif menulis agar tidak kehilangan momentum.
Namun, ada kalanya ide muncul, dan justru terlalu banyak. Penulis pemula sering merasa seperti diserang gelombang inspirasi, sehingga ingin menulis semuanya sekaligus. Tapi alih-alih menyelesaikan satu ide dengan matang, mereka malah terjebak dalam euforia yang membuat semuanya terasa setengah jadi.Â
Tulisan-tulisan itu akhirnya tidak pernah selesai atau malah berakhir menjadi tumpukan draft yang terlupakan. Antusiasme yang berlebihan ini memang seperti pedang bermata dua: memberikan energi kreatif, tetapi juga membingungkan jika tidak terarah.
Setelah melewati berbagai tantangan, akhirnya sebuah tulisan selesai. Penulis merasa bangga karena sudah menuangkan usaha dan hati ke dalam karya tersebut. Namun, ketika tulisan diunggah, kenyataan sering kali tidak sesuai harapan.Â
Tulisan yang menurut diri sendiri bagus dan penuh makna malah sepi pembaca. Tidak ada komentar, tidak ada apresiasi. Rasanya seperti berbicara di ruangan kosong. Hal ini bisa menjadi pukulan telak bagi motivasi, membuat penulis mempertanyakan kualitas diri mereka.
Masalah semakin kompleks ketika mulai membandingkan diri dengan penulis lain, terutama mereka yang sudah populer. Di Kompasiana, nama-nama tertentu sering muncul sebagai penulis yang sekali menulis langsung mendapatkan banyak komentar dan apresiasi.Â
Mereka bahkan bisa menulis topik sederhana seperti "jalan-jalan di pagi hari" atau "sarapan di warung" dan tetap menarik perhatian ratusan pembaca.Â
Sementara itu, penulis pemula yang sudah bersusah payah menulis artikel panjang, lengkap dengan data dan analisis, hanya mendapatkan segelintir pembaca. Perbandingan semacam ini sangat berbahaya karena bisa melumpuhkan semangat menulis.