Selain itu, untuk menciptakan motif tertentu sang penenun sebelumnya tidak membuatkan pola atau sketsa pada benang yang diikat pada Katadan.Â
Namun pembuatan pola motif dan sketsa adalah hasil imajinasi penenun. Uniknya lagi motif yang dibuat bukan sembarang motif tetapi motif- motif tersebut ada jenisnya dan memiliki makna. Beberapa jenis motif tenun ikat sekomandi tersebut seperti Motif Ba'ba diata, Lele Sepu Ulu Karua lepo, Ulu Karua Barinni' Pori dappu, Tosso' Balekoan, Tonoling, dan motif Toboalang.
Setelah motif terbentuk, maka dilakukan pewarnaan merah dari akar kayu Mengkudu benang bermotif tersebut dimasak kemudian dicuci lalu dijemur sampai kering setelah kering kemudian dimasukkan kembali kedalam Katadan untuk diikat kedua kalinya. Dan
Proses selanjutnya yakni pemberian pewarnaan hitam dan biru dari daun Tarun dan daun Bilatte yang juga dimasak lalu dikeringkan dan dimasukkan kembali kedalam Katadan untuk diikat kesekian kalinya.
Tahap terakhir adalah proses penenunan kain Pada tahap awal benang yang telah direbus. Dan diberi warna dibuka tali pengikatnya dengan ekstra hati-hati. Tujuannya agar susunan benang dan susunan warna tidak kacau. Benang diikat satu Persatu lalu dipasang kealat tenun dan siap ditenun.
Tradisi tenun kain ini sekarang sudah mulai jarang dilakukan mengingat proses pembuatan kain ini cukup sulit dan butuh waktu yang lama hanya untuk menghasilkan satu helai kain saja.Â
Kita berharap agar tradisi tenun kain ikat Sekomandi ini mendapat perhatian serius dari pemerintah selain sebagai warisan budaya juga Kain ikat Sekomandi adalah ikon pariwisata daerah kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H