Mohon tunggu...
Indra Gunawan
Indra Gunawan Mohon Tunggu... -

@Indra_gunw Facebook: Indra Malasyah\r\nMahasiswa Sastra Inggris. Twitter : @indra_gunw . Blogger: indraekspresi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Independensi Kompas.Com Dipertanyakan

17 Juni 2014   05:49 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:25 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya adalah pembaca setia koran Kompas sejak saya duduk dibangku kelas 3 SMP. Adalah kebiasaan aneh memang, kok masih puber sudah baca yang berat-berat. Tapi saya tak mau ambil pusing karena ini bukan pokok bahasan saya dalam artikel ini. Yang saya tahu, Kompas memiliki banyak cabang bisnis media. Mereka selain bergerak dalam bisnis media cetak atau katakanlah koran, mereka juga bergerak dibidang cybermedia, dan para Kompasiana juga tahu salah satunya adalah Kompas.com. Saya hafal benar ciri-ciri koran Kompas, baik dari segi penggunaan bahasanya, analisisnya dan tentunya orang-orang “terkenal” didalamnya, yang saya hafal adalah Bapak Jakob Oetama.

Sebagai salah satu media besar di negeri ini tentunya saya amat yakin Kompas adalah media yang selalu menjunjung tinggi etika pers yang diantaranya adalah berimbang dan netral. Sakin bangganya saya dengan Kompas, saya enggan beralih dari bacaan koran Kompas, pernah saya coba membaca Republika, Koran Jakarta, Media Indonesia dan lain-lain, tapi toh hati saya masih kembali ke “rumah” saya, yaitu Kompas. Bisa dibilang, saya fans fanatik Kompas, bila ada yang mencemooh, saya berani jadi frontliner untuk membelanya.

Tahun ini adalah tahun “panas”, karena tahunnya pemilu, kita bakal kedatangan presiden baru, dengan kebijakannya yang tentunya “baru-baru”. Tahun pemilu ya biasa, banyak gembar-gembor di sana-sini, desas-desus yang tak jelas, Black Campaign-lah, dan lain-lain, tapi sejatinya media diiklim demokrasi seperti ini sudah semakin dewasa dalam menyikapi perbedaan tersebut, tetap bergerak ditengah dan setia menginformasikan segala fakta dan perspektif berimbang agar masyarakatnya selalu berfikir jernih ditengah-tengah carut-marutnya perpolitikan dinegeri antah berantah ini.

Namun sayangnya, semakin hari yang saya lihat kok semakin aneh ya, saya tak tahu apakah benar ini memang terjadi dan orang lain juga merasakan demikian ataukah ini hanya perasaan saya saja yang memang sedang tak mood sehingga saya berfikirnya bukan-bukan. Saya adalah follower-nya Kompas.com di Facebook. Setiap hari saya selalu mengikuti perkembangan berita dari topik apapun dari laman ini. Saya melihat ada yang berubah dari segi pemberitaan yang diterbitkan Kompas.com khususnya masalah Pilpres. Kok kelihatannya condong ke “no.2” ya? Kok isi tentang no.1 tak ada satupun yang positif? Ah, barang kali ini cuma akumulasi berita dihari-hari sebelumnya saja, jadinya berita negatif dari capres no.1 kelihatannya berurutan. Setelah saya teliti, lah kok sama ya, buruk semua, berita positifnya untuk si no.1 dimana? Saya semakin bertanya-tanya, Kompas.com? Masa iya? Tak berimbang? Tendensius?. Setelah saya hitung-hitung semua berita tentang capres no.1 dan no.2 di Kompas.com ini ternyata temuan saya memang mengejutkan, Kompas.com tak netral! Terlalu banyak berita negatif tentang capres tertentu tanpa diimbangi berita positifnya dan kalau capres satunya dia diberitakan positifnya semua, bak dewa!

Kompas.com kenapa? Saya merasa amat dilukai dan sedih. Saya bukan fans fanatik capres no.1 dan no.2, saya sampai sekarang masih memilah-milah dan mendengar-dengar, capres mana yang akan saya pilih di tanggal 9 Juli nanti. Tapi kok Kompas.com menggiring seperti ini ya? Apa Kompas.com ikut-ikutan membabi buta seperti media-media gadungan diluar sana yang sudah diberi peringatan oleh KPI? Yang katanya media tapi suka meremuk-redamkan imej capres saingannya hanya karena si pemimpin media tak mendukung si capres tersebut? Entahlah. Kemana independensi Kompas.com ini? Sudah hilangkah? Mau jadi media abal-abalkah? Amat disayangkan bila benar demikian, sejak zaman 1965 Koran Kompas ini diperjuangkan oleh pendahulunya, namun sekarang demi kefanatikan dan demi profit, mereka bergerak kejalan menikung. saya tak masalah kalau si no.1 diberitakan negatif terus, tapi dalam beberapa berita mestinya itu diimbangi oleh berita positifnya, atau setidaknya dinetralkan. Yang terjadi selama ini, kalau menyangkut capres no.1 isinya olok-olkan semua dan tak ada citra positifnya, nah yang no.2 positif semua, tak ada sama sekali berita negatifnya. Ini tak baik. Kembalikan independensi kompas.com

Catatan: Kalau Koran Kompas masih netral, entah mungkin karena beda redaksi, yang jelas selama ini, tak semua berita di Kompas.com tampil dihalaman korannya.

1402933571426719314
1402933571426719314

1402933595189316378
1402933595189316378

14029336211459923856
14029336211459923856

1402933645243996237
1402933645243996237

14029336682145875181
14029336682145875181

14029336982143611455
14029336982143611455

1402933720911225539
1402933720911225539

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun