Mohon tunggu...
Indra Furwita
Indra Furwita Mohon Tunggu... Aircraft Engineer -

Aviation & Travel Enthusiast, juga berkarya di IG @FlightEnjoyneer.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah Fiktif tapi Juara [Gathering Kompasiana-Axioo]

11 Maret 2011   14:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:52 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini dapat dikatakan adalah malam yang paling berbahagia untuk saya pribadi. Hari ini akan menjadi sejarah yang tak pernah terlupakan. Sebuah kisah yang mungkin dulu tidak pernah terpikirkan olehku. Namun, kini saya harus percaya bahwa saya bisa dan saya menang.

Tiada kesombongan dalam tulisan ini, semua mengalir dengan begitu saja. Sesuai dengan perasaan saya. Mungkin bagi sebagian orang hal seperti ini adalah hal biasa. Tapi dari saya pribadi, ini adalah sebuah awal momentum untuk menunjukkan diri untuk bisa berkarya. Karya itu tak terbatas, sungguh tak terbatas. Saya sudah membuktikannya malam ini.

Sebuah Hardisk Eksternal dari Axioo kini dalam genggamanku. Siap menyimpan berbagai data-dataku. Yang lebih berharga lagi adalah HD (Hard Disk) itu kuperoleh hanya dengan menulis. Kini tidak hanya bisa membaca kisah-kisah inspiratif dari rekan kompasianer, tapi giliran saya yang mengisahkan. Hadiah itu memang jauh dari berharga tapi kesannya sungguh sangat bermakna.

Sejak bergabung di Kompasiana, genre tulisan saya memang relatif tidak jelas. Semua kejadian, semua yang terlihat, semua yang kudengar kutulis saja. Sampai akhirnya pada pertemuan di Blogshop Kompasiana, Mas Iskandar Zulkarnaen menjelaskan bahwa penulis itu lambat laun akan menemukan jati dirinya, lebih tepatnya lagi aktualisasi diri dalam menulis. Mungkin juga hal itupun sudah saya buktikan.

Dari sekian banyak tulisan saya, sebagian besar memang terdiri dari reportase dan opini. Sangat jarang saya menuliskan fiksi. Bukan tidak pernah sekalipun, kalau hanya sekedar puisi juga saya bisa. Tapi untuk cerpen atau prosa dan sejenisnya saya masih awam. Momentum keberanian saya menulis fiksi muncul pada Hari Fiksi Kompasiana. Dari situ saya mencoba untuk "menelurkan" sebuah cerpen. Ternyata hasilnya tidak buruk-buruk amat. Itulah kompasianer, semua berbagi dan saling mendukung walau pada dasarnya tak pernah bertemu.

Hingga kompasiana dan Axioo mengadakan acara lomba menulis di Jogja, sayapun ikut tertarik. Walau tidak besar dan mewah tapi saya usahakan inilah waktu yang tepat untuk melihat dan mengetes kemampuaku dalam menulis. Tidak menutup hati bahwa saya memang butuh apresiasi lebih untuk mendongkrak kegiatan tulis menulis saya. Dan kini itupun terbukti, hanya dengan Hard Disk Eksternal bertambahlah keyakinan saya untuk menggiati tulis menulis.

Pertanyaannya mengapa saya begitu senang dan agaknya emosional malam ini dalam menulis? Ya, karena saya baru saja membuktikan hanya dengan menulis saya mendapat royalti yang begitu besar. Bersyukurnya saya karya tulis awam seperti itu diapresiasi menjadi juara pertama. Setelah saya bertanya pada rekan-rekan yang berpengalaman, ternyata Hard Disk 500 GB dapat dihargai sebesar Rp 500.000,- hingga Rp 600.000,-. Woow, ini bukan benda biasa, selain utility-nya juga begitu besar harganyapun tidak main-main. Bersyukurlah saya, dan tidak lagi berkata "hanya".

Berawal dari keberanian saya menulis fiksi Axio, Laptop dan Orang Bugis (Hendra). Sebuah kisah yang banyak saya ambil sarinya dari kehidupan sehari-hari, khususnya dari saya pribadi. Saya tidak mengerti betul dengan hal yang berhubungan dengan teknologi notebook. Saya hanya bisa menggunakannya, karena memang keahlian saya bukan disitu. Entah karena apa hati, pikiran dan jari ini berpadu menuliskan sebuah fiksi itu tadi. Tidak ada rencana apapun, semua mengalir begitu saja. Pesimis awalnya, ketika melihat tulisan rekan-rekan yang begitu menggugah dan kompeherensif dalam pembahasannya. Maka dari itu, semalam sebelum acara saya kembali menuliskan artikel yang erat sekali kaitannya dengan Axioo. Tapi toh, Axioo lebih memilih fiksi itu sebagai pemenangnya.

Di sisi lain dari tulisan itu, saya bangga karena telah membawa nama orang bugis. Suku asli saya yang jarang eksis, kini tadi disebut dan menggaung jelas di tengah tamu undangan. Hanya saja sangat disayangkan nama tokohnya agak meleset dari nama asli saya dari Hendra dan Indra -hehehe-.

Kini saya tahu, bahwa dalam menulis satu hal yang tak boleh dilupakan adalah jujur. Jujur dalam menulis dan ikuti kata hati. Biarkan hati dan pikiran yang membimbing jari ini merangkai kata per kata, hingga menjadi satu tulisan yang indah, bermakna dan bermanfaat.

Sekali lagi saya mohon ma'af, jika tulisan ini terkesan menyombongkan diri. Tapi jujur saya tidak bermaksud demikian. Saya mengikuti kata hati dan penuturan perasaan semata. Maklum, tulisan ini saya buat sekitar 5 menit setelah acara dibubarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun