[caption id="" align="alignright" width="356" caption="ilustrasi (google.com)"][/caption] Biasanya ujian menjadi momok tersendiri bagi sebagian mahasiswa. Mengapa hanya sebagaian? Karena tidak semua mahasiswaseperti itu. Ada yang santai, ada yang serius, yang sok santai padahal gak tahu apa-apa. tapi lebih baik kalau banyak tahu tapi biasa-biasa saja. Dari hasil riset kecil yang saya lakukan setiap kali ujian adalah bagaimana mahaiswa menyikapi ujian dengan beragam cara. Baik yang menyontek, dicontek, belajar giat,hingga pasarah begitu saja. Hanya satu tujuanya, nilai A. Tidak bisa dipungkiri memang bahwa nilai adalah salah satu hal penting yang harus menjadi acuan selama kuliah, karena itu yang menunjukkan presestasi kita selama ini. Berkaitan dengan menyontek, sebagai mahasiswa yang pernah merasakan bagaimana nikmatnya menyontek baik SMP maupun SMA. Kuliah tidak pernah karena memang komitmen. Sejauh ini saya kira saya belum nyontek dan semoga seterusnya bisa seperti itu.  Dari pengalaman itu, saya mencoba membuat kesimpulan bahwa selain menyontek itu dilarang baik hukum pasti dan tidak pasti, ternyata juga menjadi boomerang untuk pribadi.  Mengapa? Coba bayangkan kala Anda sibuk harus melihat kanan kiri, mengintai ibarat ninja amatir yang sedang mencari kesempatan, jantung berdebar-debar tak karuan. Membuang-buang waktu hanya untuk mencari kesempatan dari kelalaian pengawas. Apakah itu tidah memerlukan waktu yang lama? Belum lagi mencari dimana jawabannya. Baiklah, mungkin dengan motif lain seperti bertanya pada teman. Memanggil, membuat kode, serta transfer jawaban pasti memerlukan waktu yang tidak sedikit. Terlebih lagi jawabannya essay. Maka dari itu, menyontek bukanlah solusi yang tepat. Lebih baik sistem SKS (Sistem Kebut Semalam). Melihat fenomena itu, serta dari pengalaman melihat realitanya di lapangan (kampus), mungkin dari saya ada beberapa tips menarik. Karena selama ini saya mencoba menjajaki beberapa metode, akhirnya saya menemukan hal yang menurut saya cukup baik untuk meningkatkan nilai Anda selain dengan cara menyontek. Tidak masalah dapat nilai A karena hasil menyontek, tapi apakah nilai A itu dapat dipertanggugjawabkan? Saya saja takut dengan nilai A. Jangan Mencatat Biasanya ada tipikal dosen yang menjelaskan materi dengan panjang lebar dan cenderung terburu-buru. Bila hendak mencatat, rasanya tidak mungkin. Karena harus berkejaran dengan waktu. Untuk itu saya ingat dengan salah satu pesan dari guru SMA saya. Bahwa catat mencatat itu belakangan, yang penting pengertian. Dalam artian, perucuma saja mencatat dengan lengkap tapi ternyata setelah membaca ulang catatannya, Anda tidak mengerti. Maka dari itu, lebih baik fokus dan dengarkan paparan dosen hingga ujung waktu. Lalu apa yang dicatat? Cukup dengan penekanan-penekanan yang diberikan oleh dosen tersebut. Pemahaman lebih penting dan akan bertahan lebih lama ketimbang catatan yang tidak pernah dibukan dan hanya dibuka saat esok ujian tiba. Harus Mencatat Perlu penjelasan berimbang dar tip sebelumnya. Tidak sepenuhnya harus mengandalkan indera pendengaran, karena memori kita memiliki kinerja yang terbatas. Untuk itu butuh adanya dokumentasi dari materi-materi yang dijelaskan. Lalu bagaimana caranya? Ya mencatat. Dalam satu kelas tidak mungkin tidak mahasiswa yang rajin menyatat, ini akan tercipta secara alami karena menjadi bagian dari sifat survival per person. Sesekali sambangi dirinya, lalu coba untuk meminjam catatannya. Karena frekuensi kuliah yang tidak sepadat di SMA, besar kemungkina  dia tidak keberatan hanya alasan besok atau lusa ada mata kuliah itu. Sambil menyatat lebih baik jika dipadukan dengan memori yang direkam dari pemahaman di kelas. Jangan hanya asal menyatat saja, jika ada satu keganjilan maka koreksi dan lakukan evaluasi. Kritis bukan? No Foto Copy Ini salah satu efek negatif teknologi di kalangan mahasiswa. Karena malas mencatat akhirnya pilihan terakhir adalah meng-copy catatan teman. Tentu beda hasil yang dirasakan ketimbang kita mencatat ulang catatan teman. Budaya instan seperti ini membawa pengaruh buruk saat mengerjakan soal ujian. Bukannya terbantu, malah Anda tidak paham sedikitpun dengan materinya. Terlebih lagi dengan tulisannya yang "mohon ampun". Jadi sebisa mungkin jauhkan dari budaya Foto Copy utamanya di hari dimana ujian akan segera berlangsung. Itu akan menjadi siksa psikis bagi pribadi Anda. Bersahabat dengan Dosen Kata orang tua saya, kalau kamu ada di suatu tempat maka kenali semua yang ada disitu. Bila kamu ada di kampus, maka yang perlu kamu kenali adalah kampus, mahasiwa dan dosen. Dalam hal ini tentu adalah dosen menjadi peranan penting. Setiap manusia pasti memiliki catatan tersendiri terhadap pribadi orang lain, itu tidak bisa dipungkiri. Pasti ada perbedaan pandangan ketika melihat mahasiswa yang sikapnya menjunjung tinggi adab sebagai mahasiswa, sopan santun, terlebih jika cerdas dalam berinteraksi dengan dosen. Bagaimana jika pada sisi kebalikannya, barangkali akan dipandang sebelah mata. Apakah itu menjadi satu metode "mencari muka"? Jika YA atau TIDAK itu tidak menjadi masalah. Prinsipnya jika itu tidak merugikan, melukai, menyakiti fisik dan perasaan orang lain, maka itu dibenarkan. Tapi tidak jika menyalahi normatif kita sesama mahasiswa khususnya. Karena mungkin Anda tidak akan sukses bersama, mencapai hasil yang sama, bahkan denga cara yang sama. Lakukan saja dengan caramu, sesukamu, seenjoy-enjoynya menjalani kuliah. Ingat jangan sampai merugikan orang lain. Lalu apa gunanya bersahabat dengan dosen. Heiiii... Perkembangan jaman telah mendorong dosen untuk terus selangkah lebih maju dalam metode mengajar. Sangat jarang ditemui dosen yang asyik menulis panjang lebar di White Board atau papan tulis. Hampir seluruhnya menggunakan layar proyeksi (OHP) yang terhubung dengan laptop. Maka dari itu, Anda butuh materi berupa file. Jikan Anda cukup bersahabat maka ini akan jauh lebih mudah, tapi jika tidak ada saja alasannya. Tentu Anda tahu jika mereka menolak alasannya karena Anda berbeda. Koreksi diri dan lakukan proses persahabatan dengan dosen, itu jauh lebih baik. Diskusi Ringan Diskusi ringan perlu dalam hal pendalaman materi. Bisa dilakukan dengan metode kelompok, tapi cara ini sudah tidak jamannya lagi biasanya. Coba dengan cara santai, chatting, wall to wall di FB juga bisa menjadi alternatif tersendiri. Akan jauh lebih menarik jika menyisipkan sedikit "guyonan" kecil di sela-sela diskusi. Gunakan juga sarana lain seperti blog yang membahas tentang materi kuliah yang akan diujiankan. Seperti halnya saya, kompasiana sudah lama menjadi ajang rujukan pendalaman materi sebelum saya ujian. Ketimbang membuat dan menyusun renacan untuk kisah menyontek di kelas nanti. BelDo'a (Belajar dan Berdo'a) Semenjak kecil, sebelum ujian saya disarankan oleh orang tua untuk bangun di subuh hari. Setelah berdo'a di akhir shalat maka duduklah di depan meja belajar. Ini memang akan terasa sulit, karena mahasiswa umumnya punya sifat-sifat menjadi orang tua buat dirinya sendiri, sehingga cenderung diabaikan. Selain lebih fokus, ketentraman jiwa juga menjadi alasan materi belajar dengan  mudah dapat dipahami. Maka dari itu, bangunlah di subuh hari, tahajjud, berdo'a, lalu belajar dengan sungguh-sungguh. Yakin Bisa Tidak jarang mahasiswa membanding-bandingkan hasil belajarnya di rumah atau di kost dengan hasil belajar mahasiswa lain. Ribut-ribut dan kumpul-kumpul di depan ruang ujian biasanya diisi dengan adu teori dan pembelajaran. Bila Anda sudah yakin dengan hasil belajar semalam, cukup dengarkan apa yang bisa menjadi tambahan dan masukan buat Anda di ruangan nanti. Karena biasanya fokus akan terganggu kala sudah terlibat dengan perdebatan-perdebatan sekecil apapun itu. Jadi percaya diri, yakin bahwa kita bisa insya Allah BISA. Persiapkan Nyali Sangat merugi jika ujian tiba ternyata ada barang kecil yang tertinggal atau terlupakan. Pemantapan materi semalam akibatnya berhamburan keluar dan konsentrasi hilang. Maka dari itu, semalam sebelumnya persiapkan segalanya. Mulai dari pena, kartu ujian, catatan, penggaris, kalkulator, laptop serta alat pendukung lainnya termasuk tas. hahaha Tak kalah pentingnya adalah nyali, nyali untuk membuktikan bahwa kamu adalah mahasiswa terbaik dan siap. Ingat jangan bawa contekan dan berencana untuk menyontek. Demikian tips yang bisa saya susun,sesaat sebelum saya ujian. Semoga bermanfaat  buat kita semua. Selamat pagi dan do'akan saya ya? hehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H