“Duhhhhh... Gue kebelet nihh...!!!”
“Gue sudah kebelet banget nih, gak nahannnnn....!”
Kebelet, sering kita ucapkan ketika sedang dihadapkan pada satu kondisi untuk menentukan pilihan.Harus segera dilakukan dan ketika tidak dilakukan maka akan berakibat fatal untuk diri sendiri dan juga orang lain bahkan. Kebelet muncul karena adanya sesuatu yang merupakan bagian dari produksi metabolisme tubuh hendak keluar. Bisa berupa, Buang Air Kecil dan Buan Air Besar, bahkan ada juga kebelet kawin, tapi hasi metabolismenya berupa cairan yang berbeda dengan cairan pada umumnya. Anda pasti tahu, bagi yang kebelet kawin. Ketika hasil metabolisme itu hendak keluar, sedangkan kita tidak berkenan mengeluarkannya, itulah kebelet.
Terkadang kebelet muncul pada saat yang tidakmenguntungkan. Kebanyakan dari itu semua tidak menguntungkan. Bayangkan saja, ketika sedang berada dalam satu pertemuan tapi si ‘anu” kebelet pipis. Ketika hendak berpidato, tapi si ‘anu’ hendak “pup”.Jika dalam siatuasi demikian, saya kira tidak akan menjadi masalah. Tapi bagaimana jika kebelet melanda ketika sedang dalam perjalanan.
Tidak nyaman rasanya, ketika sedang asyik mengendarai motor tiba-tiba si ‘anu’ minta pipis. Kalau masih dalam satu kawasan hutan yang tidak banyak orang mungkin melihatnya tentu tidak menjadi resiko.Tapi bagaimana jika dalam satu perjalanan di jala perkotaan, terlebih lagi ketika malam hari
Seperti yang terjadi pada perjalanan malam saya sepulang dari kos teman di “kampung sebelah”.Ditengah asyik melaju, kebelet pipis melanda, karena tidak mungkin lagi menahannya saya bingung harus memilih. Singgah di perjalanan lalu pipis di pohon, mungkin saja saya digebukin orang karena tidak etis pipis di sembarang tempat. Kalau memilih mengetuk pintu rumah orang lain, saya kira bukan solusi baik. Untunglah ada solusi cemerlang, jauh di depan sana ada POM Bensin yang menyediakan toilet gratis. Syukurlah, semua sukses....hehehehe
Tulisan iseng ini untuk mengisi waktu yang membosankan karena mendengarkan presentasi kawan-kawan, dimana mereka sendiri tidak berminat didengarkan. Lebih baik saya menuliskan apa yang sedang saya pikirkan. Saya yakin suatu saat pasti bermanfaat.
Sekian dan terimakasih.
Salam,
Indra Furwita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H