Akhirnya, weekend ini ada issue nasional yang positif diberitakan oleh media. Tidak hanya berkutat pada issue cabulnya bang ipul, kalijodo yang tak kunjung berhasil menjodohkan Ahok dan si daeng, dan issue positif go-internasionalism dengan segala pelik pro kontra. Huh! Sampai berita pengurangan penggunaan kantong plastik aja bisa menarik perhatian, berarti kita masih kurang banyak berita positif alias membanggakan. Itu menurut saya.
Gerakan/Program/Proyek yang diinisiasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini patut diapresiasi. Menggandeng beberapa kota populer yang mudah jadi objek pemberitaan, cerdas marcomm-nya. Dengan batas bawah Rp 200,- beberapa supermarket bahkan pasang tarif lebih tinggi, Jakarta sendiri dilansir Antara menerapkan Rp 5.000,-. Logisnya sih, Ibu-ibu rumah tangga bahkan saya sendiri pasti lebih mendingin pakai reuseable bag.
Oh ini dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional, tidak heran kalau di sosmed banyak yang selfie beradegan pungut sampah, artis dan tokoh publik bahkan pejabat juga turut serta. Positif dan kemungkinannya akan membawa banyak impak untuk mensosialisasikan gerakan ini. Semoga saja konsisten, karena bangsa ini kekurangan mental sebagai bangsa yang konsisten. Konsisten untuk buang sampah pada tempatnya, belanja tidak pakai kantong plastik, lempar sampah sembunyi tangan bahkan untuk mencintaimu saja masih belum bisa konsisten.
Lalu, hari ini pula saya menemukan fenomena yang sebenarnya sudah tidak lazim di negeri ini. Tumpang tindih regulasi seolah sudah biasa, bentuk KPK untuk berantas korupsi, akan dibentuk pula pengawas KPK, prediksi saya tidak lama lagi akan dibentuk dewan pengawas yang mengawasi pengawas KPK. Sama nih dengan apa yang tampak di hari Peduli Sampah Nasional pada 21 Februari, tepat seminggu setelah hari valentine. Tujuannya baik, bahwa sosialisasi perlu dilakukan untuk menyentuh indra visual masyarakat Indonesia. Tapi apakah harus dengan selembaran kertas? Oh satu lagi, di televisi juga sempat diberitakan bahwa salah satu mini market franchise mengganti penggunaan plastik menggunakan kardus. Wait, what?
Ibarat mengiris bawang karena pengin makan enak, tapi menggunakan pisau yang kesemua sisinya adalah mata pisau. Bawangnya mungkin berhasil diiris tapi di sisi lain orangnya pun ikut berdarah dan menangis. Sama, sosialisasikan pengurangan penggunaan kantong plastik, tapi merelakan pohon menangis karena penggunaan kertas yang berasal dari daging si pohon. Setali tiga uang dengan nasib pohon karena plastik diganti kardus. Hey bung, mari maksimalkan penggunaan selembaran foto digital dan penggunaan hastag. Mari mulai tinggalkan selebaran kertas ataupun penggunaannya, itu juga bagian dari gerakan peduli lingkungan.
Saya yakin akan banyak industri kreatif dari anak muda yang akan bergerak memanfaatkan momentum ini. Bisa saja muncul kantong belanja multifungsi dengan desain dan kreatifitas yang bermanfaat.
Optimis! Kita optimis untuk menasionalkan gerakan bebas kantong plastik ini. Jadikan kebiasaan, pola hidup bahkan menjadi karakter bangsa untuk peduli lingkungan dengan kompeherensif. Tidak sepotong-potong. Sehingga kita semua berkontribusi mengurangi beban APBN/D untuk angkutan sampah, mengurangi beban kerja pekerja kebersihan bahkan menyukseskan misi penyelamatan lingkungan untuk masa depan.
Yuk ah belanja, jangan lupa bawa kantung belanja sendiri. Eh belum gajian ya? Hehe.
---
Ilustrasi:Â Kompas.com/ Syahrul Munir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H