Sebenarnya tidak pasti satu jam, tapi karena saya bingung memilih judul so An Hour with Dahlan Iskan sudah keren. Keren, sekeren tokoh yang kali ini saya merasa sangat beruntung bisa makan dan berbincang langsung dengan beliau, Sang Menteri BUMN yang fenomenal. Sosoknya yang fenomenal menjadikannya idola di beberapa lapisan masyarakat.
Ada banyak kisah yang dapat saya ceritakan dari pertemuan dengan beliau, tapi kali ini hanya kisah pribadi saja dulu.
Berawal dari seminar bertajuk "Belajar Merawat Indonesia" yang diselenggarakan oleh UGM, dengan pembicaranya Dahlan Iskan, Fadel Muhammad yang digantikan Hantayuda (dulu aktivis UGM dan sekarang sering dicatut sebagai pengamat politik), Rektor UGM yang baru terpilih Prof. Pratikno, dan seorang perwakilan dari Dompet Dhuafa (saya lupa namanya). Seminar ini menarik, bukan hanya karena free dan mendapatkan buku Belajar Merawat Indonesia gratis, saya yakin narasumbernya menjadi salah satu daya tarik tertentu hingga panitia terpaksa harus memangkas sebagian jumlah peserta yang mendaftarkan diri.
Seminar berjalan dengan sangat memukau denga gaya penyampaian masing-masing narasumber. Aa yang merawat Indonesia dari BUMN, Pendidikan melalui UGM, Hantayuda dari Kepemimpinan, dan Dompet Dhuafa dalam merawat muzaki dan mustahiq. Tak heran antusiasme audience begitu besar hingga akhir acara.
Namun yang paling menarik dari saya pribadi adalah pengalaman bersama Pak Dahlan Iskan. Bertemu langsung untuj pertama kalinya sudah sangat senang rasanya. Saya yakin hal yang sama juga dirasakan oleh peserta lain, dimana hampir seluruhnya dilayani oleh beliau untuk menandatangani buku Belajar Merawat Indonesia tadi. Dengan sabar beliau melayani hingga tidak ada lagi yang terlohat memohon dan berdesakan. Pada saat bersamaan bekiau juga menyempatkan menjawab pertanyaan wartawan dan mahasiswa tentang apa saja. Luar biasa...
Setelah hampir setengah jam beliau sudah mulai meninggalkan tempat acara. Sesampainya di luar, beliau ternyata masih ditunggu oleh beberapa mahasiswa dan wartawan, entah itu meminta tanda tangan dan berfoto bersama semua dilayani.
Untungnya saya juga ada di sana untuk mengambil gambar detik-detik kepergian beliau. Tanpa disangka beliau melontarkan kalimat "Ayo yang mau makan sama-sama ikut saya". Saya yang pertama mendengar kalimat itu, kembali bertanya "yang benar nih pak?". Beliau mengiyakan dan diyakinkan oleh staf beliau serta langsung mengarahkan kami ke mobil beliau. Namun, mobil yang ditumpangi oleh Pak Dahlan Iskan sudah dipenuhi oleh mahasiswi maka saya masuk ke mobil di belakangnya bersama staf beliau.
Di dalam mobil saya ditemani oleh 2 orang mahasiswa yang juga aktivis. Kami saling berkenalan dan bertegur sapa hingga akhirnya mudah bagi kami saling akrab, begitupun dengan staf Pak Dahlan yang mengikuti kerendahan hati pimpinannya.
[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Doc. by Indra Furwita"][/caption]
Diperjalanan kami banyak bertanya kepada staf yang saya lupa namanya, yang pasti beliau lulusan IPB. Dari obrolan itu, seolah memperjelas siapa dan bagaimana sebenarnya sosok Dahlan Iskan sebagaimana yang kita ketahui sebelumnya. Malam sebelum seminar berlangsung ternyata Pak Dahlan Iskan dan stafnya menginap di rumah keluarga petani di daerah Kulon Progo. Kabarnya beliau tidur hanya beralaskan tikar dari rumah yang berlantaikan tanah. Paginya beliau sempat menikmaati persawahan sebelum akhirnya pamit dengan hormat kepada empunya rumah. Tak lupa beliau meminta no ponsel dari si empunya rumah. Luar biasa....
Selama di perjalanan, rombongan kami tidak terlihat istimewa seperti halnya ketika mobil gubernur, walikota, menteri yang biasa melintas dengan dikawal petugas patroli. Biasa saja, mengikuti kemacetan di Ring Road Utara di antara mobil pribadi lainnya. Untungnya beliau tidak sempat 'ngamuk' dikemacetan yang tidak biasa terjadi itu.
Seperti disebutkan di awal, kita tidak akan makan diretoran mewah. Dimana? Warung Soto Pak Dhur, beberapa kilo Timur Bandara Adisutjipto. Warungnya sederhana dan menu sajiannya pun biasa saja. Kalau masalah harga kami tidak tahu, karena semua ditraktir. Masuk ke dalam warung beliau terlihat bebas duduk dimana saja, dan kami mahasiswa yang selalu 'nempel' dengan beliau duduk semeja berdesakan. Maklum kami seakan berebut kursi tapi berusaha agar tidak terlihat demikian.
[caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="Doc. by Indra Furwita Soaeh"][/caption]
Seraya makan soto, kami asyik saling bertukar tanya dan beliau selalu menjawab. Kami pun sangat antusias karena tanggapan beliau kepada semua pertanyaan kami begitu besar dan serius. Suasana begitu cair dan hangat, seolah tidak ada jarak di antara kami. Kami menyinggung semua kimprahnya sebagai menteri baru-baru ini, mulai dari ngamuk di pintu tol dan ngamuk di pabrik gula yang tidak terekspose oleh media. Staf dan pendamping beliau ada di tempat tersendiri dan tidak pernah merasa terganggu dengan kehadiran kami. Intinya, saya menyimpulkan makan bersama denga beliau ini tidak berasa makan dengan menteri. Sama saja dengan makan bareng mahasiswa yang isinya diskusi ilmiah. Woowww... saya sungguh salut dengan beliau.
[caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="Doc. by Indra Furwita"][/caption]
Dari pertemuan singjat itu, saya dan mungkin mereka yang tidak ahli dalam hal membaca kepribadian seseorang meyakini bahwa tidak ada motif seorang Dahlan Iskan untuk mencari popularitas semata. Beliau adalah pemimpin berkarakter dan konsisten dalam bekerja untuk negara.
[caption id="" align="aligncenter" width="432" caption="Doc. by Indra Furwita"][/caption]
Ok itu mungkin sedikit kisah dengan beliau. Next, ada kisah lain yang mungkin akan lebih berisi darinpostingan ini. Saya hanya ingin berbagi kebahagiaan dengan postingan ini. Karena dari beberapa postingan teman-teman kompasianer, ada yang merindukan pertemuan dengan beliau. Semoga terwujud dan bisa berbagi kisah yang berbeda.
Bonus nih, Bapak Menteri lagi lahap makannya sambl menjawab pertanyaan rekan-rekan mahasiswa. hehehe...
[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Doc. by Indra FUrwita"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H