Sahur... Sahurrr... Ayo kawan bangun sahur, kalau yang di Jogja kira-kira waktunya tersisa sekitar 30 menit lagi. Oh ya, saya baru saja berpulang dari tempat nongkrong bersama seorang rekan saya, Ia juga kompasianer sekaligus sahabat saya. Nongkrong bukan sembarang nongkrong, bayangkan aja subuh-subuh sekitar jam 2 pagi minumnya es krim. Jangan tanya makan apa, ingat anak kos Bro. Mikir-mikir kalau mau makan di tempat sajian seperti itu, bisa ngomel tuh orang tua di rumah.
Tentang nongkrong kelar sudah. Diperjalanan pulang saya coba menghubungi kekasih untuk membangunkannya segara santap sahur. Kira-kira sekitar 4 panggilan barulah diangkat dan ternyata Ia sudah bangun. Memang rajin ya kasihku (he..he..he.. no-gombal.co.id). Sempat mengobrol dengan gaya khas kami, tidak melulu romantis bahkan mungkin jika saya romantis tidak dianggapnya romantis (mungkin aja sih,he..he..he..). Ok, itu tentang kekasih.
Beralih ke hal lain. Tiba-tiba setelah menutup panggilan telepon sayang, saya teringat sesuatu. Apa itu, hutang eittttt... H U T A N G. Oh ya, sebelumnya perlu diketahui bahwa saat itusaya sedang dalam perjalanan ke kos teman. Numpang lah kira-kira, karena malam ini sebelum tidur saya sudah dijemput untuk nongkrong bareng. Lagi pula ini bukan untuk pertama kalinya saya menginap di kos teman (biasa numpang ya?). Namanya juga anak kos, he..he..he.
Sampai dimana tadi? ya, HUTANG. Ternyata kemarin malam lusa, saya hampir saja meninggalkan satu dosa yang bisa memperbesar api neraka untukku. Waktu itu saya sedang sahur, menunya enak banget. Karena mungkin keenakan jadi lupa deh bayarnya. Kebetulan banget yang jual ibu kos teman saya. Jadi, habis makan langsung deh tuh tidur. Nikmat banget. Kalian tahu? (ya nggak lah), sampai sekaran saya belum bayar tuh menu sahur. Mungkin aja itu makanan sudah keluar dan tergantikan dengan menu sahur malam ini. Astaga, semoga Tuhan dan orang tuaku tidak marah membaca ini. Saya khilaf, swear.
Celakanya yang kedua, penyakit lupa menjangkit. Saya lupa menunya apa saja. Nggak lucu dong kalau saya bilang ke ibu itu "menu yang enak kemarin berapa bu?". Ya gitu deh, akhirnya main kira-kira aja. Untung aja si Ibu baik hatinya dan menggenapkannya  menjadi 5ribu. Terimakasih Ibu kos-nya sahabatku.
Sepertinya pagi ini saya patut berbangga (sedikit aja kok), karena berbesar hati mengingat hutang. Andai saja tidak, maka saya pasti berdosa besar. By the way, dibalik semua itu yang paling berperan adalah bulan ramadhan ini. Jika berandai lagi nih, kalau tidak ada bulan Ramadhan, mungkin ceritanya akan berbeda. Artinya apa? Bulan ramadhan ini terbukti mampu mencegah perilaku tidak terpuji bahkan sejak diniatkan. Benar juga ya? Setan-setan pada dikurung oleh Tuhan, jadi akses on linenya nggak bebas menggoda manusia.
Hoooaaammm.... btw ngantuk nih, nonton lawak kayaknya gak mempan deh. Nunggu waktuh Shalat subu tiba, dan lanjut tidurnya. Oh ya hari ini hari apa ya? Ya, SUNDAY.
Itu tetang hutang untuk [Telkomsel Ramadhanku].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H