[caption id="attachment_87693" align="alignright" width="360" caption="fesbuk (mamawafiq.blogspot.com)"][/caption] Malam ini ada pengalaman menarik yang menginspirasikan untuk ditulis. Kebetulan posisi saya sedang duduk di warnet. Awal masuk saya sudah dipersilahkan untuk mengisi bilik No. 1 letaknya berdampingan dengan meja operator. Warnet ini tergolong yang "alim" dari sekian banyak warnet yang beralibi balutan privacy dengan tujuan maksiat. Anda tahu sendirilah bagaimana warnet sekarang lebih tertutup bahkan menyerupai ruangan pribadi. Kembali ke pokok ceritanya. Sekitar 15 menit berlalu, ada banyak user yang hilir mudik masuk dan keluar. Tapi ada yang berbeda dengan user satu ini. Pintu kaca warnet berbunyi bertanda bahwa ada yang akan masuk dan berselancar di dunia maya. Untuk yang sudah biasa dengan warnet ini, umumnya tanpa diarahkan akan memilih sendiri bilik yang pas dan nyaman tapi tidak dengan user satu ini. "Ada yang kosong mas?" tanyanya. " Silahkan, no 5 mas", Operator menjawab dengan santai. "Mas (op), komputer yang ada fesbukannya dimana ya?" tanyanya lugu. Operator sembari tesenyum menjawab, "Semuanya ada Mas". "Ouw... komplit ya?" memuji. "Ya mas, hehehe" operator tersenyum. Begitu merajalelanya pengaruh Facebook bahkan orang awam sekalipun. Beragam fiture Facebook yang memungkinkan seseorang untuk menemukan teman lama, menemukan teman baru, menjalin pertemanan, bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain, mengirimkan pesan dan komentar. Itu bukan lagi menjadi alasan utama. Alasan trend dan lingkungan yang mengepung turut menjadi salah satu pemicunya. Dengan hadirnya facebook, lingkungan kerja serasa lebih komplit. Waktu istirahat tidak lagi melempem dengan rasa bosan. Didukung dengan HP yang semakin merakyat membuat kehadirannya mudah dijangkau dimanapun asalkan layanan internetnya ada. Mungkin dulunya ada yang bertanya demikian untuk situs pertemanan Friendster. Tapi karena Facebook lebih memanjakan masyrakat maka tidak heran Indonesiapun menjadi donatur yang patut diperhitungkan oleh Mark Zuckerberg. Selama penggunaanya pada koridor yang benar, ini tidak menjadi masalah. Biarlah masyarakat mengenal teknologi. Sebagai pengguna kita harus mampu menempatkan dan menerima penggunaan fasilitas yang ada sesuai dengan proporsinya.
Salam fesbuk!
Baca juga:
---------------------0O0---------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H